Abstrak  Kembali
Ari Zulkarnaen, Diskusi dan Nilai Budaya: Studi Evaluasi Implementasi Metode Diskusi dalam Proses Perkuliahan dan Nilai-nilai Budaya dalam Pembelajaran di Paramadina Graduate School Jakarta. Tesis. Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof.DR. HAMKA. Mei 2014. Lokasi pusat pendidikan yang terletak di perkotaan, mau tidak mau ikut mempengaruhi kebiasaan para civitas akademika yang bergeliat didalamnya. Menegosiasikan informasi dan pengetahuan melalui ruang-ruang publik yang tidak jarang ada dalam kerangka waktu real time. Masyarakat akademis semakin akrab dengan kegiatan diskusi terutama diskusi pada dunia maya. Penelitian memberikan batasan kegiatan diskusi di ruang akademis. Kegiatan perkuliahan yang menggunakan metode diskusi menjadi pilihan dalam penelitian. Peran serta gambaran diskusi dalam menunjang proses perkuliahan menjadi perhatian utama. Nilai-nilai serta ciri khas yang muncul dalam setiap kegiatan diskusi memberikan sebuah cetak miring dalam pemaparan mengenai kegiatan diskusi pada proses perkuliahan. Student Kampus II terbiasa dengan kegiatan perkuliahan yang menggunakan metode diskusi. Presentasi materi yang kemudian dibahas dengan student lainnya membangun sebuah tradisi akademik yang terbuka untuk menegosiasikan informasi dan pengetahuan. Kebiasaan berulang-ulang tersebut mengarahkan pada satu model diskusi. Diskusi panel dengan pemaparan materi yang ditunjang oleh fasilitas kampus memberikan coraknya tersendiri. Student terbiasa untuk memaparkan pemikirannya dengan sistematis. Lebih lanjut, kebiasaan untuk berdiskusi menempatkan student untuk membuka peluang bagi berkembangnya berbagai nilai budaya. Ilmiah dan demokrasi merupakan dua nilai budaya yang pekat dan kental tumbuh dari kebiasaan berdiskusi. Negosiasi dengan berbagai situasi yang dihadapi serta keinginan yang besar untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kelompok. Sikap tersebut menempatkan student pada kelompok masyarakat yang mendukung terciptanya demokrasi. Hal tersebut terutama semakin didukung oleh pemahaman civil society pada civitas akademika.