Abstrak  Kembali
Mutu Sumber Daya Manusia di Indonesia yang rendah pada saat ini membuat kualitas pembelajaran di sekolah harus semakin ditingkatkan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin berperan penting dalam menjamin mutu sekolah dengan melalui pengambilan keputusan partisipatif yang tepat. Tujuan penulis dalam Tesis ini adalah untuk menganalisis Implementasi pengambilan keputusan partisipatif, Rencana tindak lanjut kepemimpinan partisipatif, Faktor Pendukung dan Penghambat dalam pengambilan keputusan partisipatif dalam program merdeka belajar yang dilakukan kepala sekolah. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Implementasi pengambilan keputusan partisipatif Kepala Sekolah dalam program merdeka belajar dilakukan dengan baik bersifat demokratis dan bersikap adil terhadap semua stafnya, dimana cara mengambil keputusan bersama secara musyawarah. Rencana tindak lanjut kepemimpinan partisipatif kepala sekolah terhadap keberlangsungan Implementasi program merdeka belajar dalam meningkatkan mutu pembelajaran meliputi pengumpulan data dan informasi,melakukan perumusan masalah, bergabung bersama guru untuk menyaring solusi yang tersedia, melakukan pemilihan keputusan dan memberikan support serta menjadi fasilitator dalam memaksimalkan implementasi kurikulum merdeka di sekolah, melakukan supervisi yang akan dijadikan bahan evaluasi dalam perencanaan berikutnya terhadap keberlangsungan Implementasi program merdeka sesuai dengan visi dan misi sekolah. Faktor pendukung dalam pengambilan keputusan partisipatif dalam meningkatkan mutu pembelajaran yang digunakan meliputi kurikulum dan pembelajaran, administrasi, sarana dan prasaran, ketenagaan (guru dan staf), siswa, dan partisipasi masyarakat untuk mendukung program sekolah. Sedangkan aktor penghambat yaitu belum optimalnya peningkatan mutu pendidikan sistem manajemen yang tidak berjalan seperti guru yang sudah diberikan tugas tertentu namun kurang maksimal dalam menjalankannya dapat menghambat keberhasilan yang ingin dicapai, dimana ketidaksesuaian kurikulum karena masih ada guru yang masih belum move on, mengajar masih secara konvensional, drilling calistung dikarenakan kurang memahami tentang kurikulum merdeka.