Kemunculan karya sastra bertemakan alam dan lingkungan bukan menjadi
sebuah hal baru dalam perkembangan sastra di Indonesia sebab persoalan alam dan lingkungan sudah digaungkan sejak lama oleh sastrawan-sastrawan Indonesia. Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah maka sumber-sumber tersebut menjadi inspirasi pengarang untuk memunculkannya dalam karya sastra. Bukan hanya sekedar kemunculan pesona alam yang harus dinikmati, karya sastra juga menyoroti bagaimana hubungan manusia dengan alam salah satunya melihat bagaimana bentuk kerusakan akibat ulah manusia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mendeskripsikan bentuk ekokritik dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo dan relevansinya dengan pembelajaran apresiasi sastra berbasis lingkungan. Hasil temuan tersebut adalah 5 data yang terkait dengan pencemaran yaitu pencemaran tanah, air, dan udara. Selanjutnya adalah 3 data hutan belantara yang berupa penggundulan hutan dan alih fungsi hutan. Kemudian temuan terhadap aspek bencana yaitu sebanyak 3 data berupa bencana banjir dan perubahan iklim. Berikutnya terdapat temuan sebanyak 2 data terkait aspek tempat tinggal yaitu fenomena penggusuran karena perluasan area pertambangan. Lalu ditemukan data tentang aspek binatang sebanyak 2 data yaitu kritik punahnya hewan endemik dan kematian sejumlah hewan. Dan terakhir adalah temuan mengenai aspek bumi sebanyak 3 data yaitu terbentuknya lubang bekas pertambangan dan tanah yang ambles. Penelitian ekokritik dalam novel Perempuan yang Menunggu di Lorong Menuju Laut karya Dian Purnomo memiliki relevansi dalam pembelajaran berbasis lingkungan yang diterapkan dalam kegiatan apresiasi sastra di SMP. Hal tersebut sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang terdapat dalam dimensi profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
|