Abstrak  Kembali
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dikembangkan sejak Kongres Bahasa Indonesia VI pada tahun 1993. Sejak itulah upaya internasionalisasi bahasa Indonesia dilakukan. Akan tetapi, pada kenyataannya, bahasa Indonesia kepada Penutur Asing (BIPA) masih menemukan berbagai hambatan dari sisi pembelajaran, pemelajar, dan pengajar. Salah satu hambatan yang meliputi ketiga aspek tersebut adalah adanya masalah pada kurikulum, silabus BIPA, serta materi pada buku Sahabatku Indonesia. Terdapat empat buku BIPA terbitan Kemendikbud yang ditujukan bagi pemelajar level 1. Sayangnya, ada satu buku BIPA berbasis budaya lokal di Jakarta yang belum dikaji sejauh mana kesesuaian dengan Standar Kompetensi Lulusan BIPA Permendikbud No. 27 Tahun 2017. Buku tersebut berjudul Sahabatku Indonesia: Berbahasa Indonesia di Jakarta BIPA 1. Setelah itu, buku ini juga layak dikaji bagaimana budaya Jakarta direpresentasikan di dalam buku tersebut karena jarang sekali buku BIPA berbasis kebudayaan lokal. Tujuan penelitian ini adalah melihat kesesuaian materi dan representasi budaya di dalam buku. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan model analisis konten dengan dua pendekatan, yaitu evaluasi buku Masnur Muslich berfokus kepada kesesuaian materi dan teori elemen budaya Moran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buku ini tergolong sangat bagus dari segi kesesuaian materi sebesar 98,7% sesuai dengan SKL BIPA. Kemudian buku ini mencakup kelima aspek budaya Moran berupa produk, praktik, perspektif, komunitas, dan orang. Elemen budaya yang paling dominan berupa produk menempati urutan pertama terbanyak sebesar 62,4 persen. Elemen 2 praktik budaya menempati posisi kedua dengan persentase 29 persen. Sisanya urutan ketiga sampai kelima adalah komunitas, orang, dan perspektif.