Abstrak  Kembali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan: (1) penguasaan bahasa figuratif dengan kemampuan menulis cerita pendek, (2) minat membaca cerita pendek dengan kemampuan menulis cerita pendek, dan (3) penguasaan bahasa figuratif dan minat membaca cerita pendek secara bersamasama dengan kemampuan menulis cerita pendek. Penelitian ini dilaksanakan di SDN SEGARA JAYA 02 pada bulan Januari sampai dengan Juni 2020. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VI. Sampel berjumlah 30 orang yang diambil dengan cara simple random sampling. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah tes kemampuan menulis cerita pendek, tes penguasaan bahasa figuratif, dan kuesioner minat membaca cerita pendek. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik regresi dan korelasi (sederhana, ganda). Hasil analisis menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan positif antara penguasaan bahasa figuratif dan kemampuan menulis cerita pendek (r y.1 = 0,52 dengan p < α 0,05 di mana to = 5,38 > tt = 1,66) ; (2) ada hubungan positif antara minat membaca cerita pendek dan kemampuan menulis cerita pendek (r y.2 = 0,49 dengan p < α 0,05 di mana to = 4,96 > tt = 1,66); dan (3) ada hubungan positif antara penguasaan bahasa figuratif dan minat membaca cerita pendek secara bersama-sama dengan kemampuan menulis ceita pendek (R y.12 =0,53 dengan p < α 0,05 di mana Fo = 14,86 > Ft = 3,96). Dari hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa secara bersama-sama penguasaan bahasa figuratif dan minat membaca cerita pendek memberikan sumbangan yang berarti kepada kemampuan menulis cerita pendek. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut dapat menjadi prediktor yang baik bagi kemampuan menulis cerita pendek. Dilihat dari kuatnya hubungan tiap variabel prediktor (bebas) dengan variabel respons (terikat), hubungan antara penguasaan bahasa figuratif dan kemampuan menulis cerita pendek lebih kuat dibandingkan dengan hubungan antara minat membaca cerita pendek dan kemampuan menulis cerita pendek. Ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa figuratif dapat menjadi prediktor yang lebih baik daripada minat membaca cerita pendek. Kenyataan ini membawa konsekuensi dalam pengajaran kemampuan menulis cerita pendek, guru perlu lebih memprioritaskan aspek penguasaan bahasa figuratif dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek daripada aspek minat membaca cerita pendek.