Sekolah Dasar SDN Lagoa 05 Pagi telah melaksanakan Gerakan Literasi oleh semua kelas dari kelas rendah maupun kelas tinggi dalam meningkatkan kegemaran membaca siswanya. Sekolah ini juga terbagi antara Literasi Kelas dan Literasi Perpustakaan. Sekolah ini juga terdapat pojok kelas baca atau Library Corner serta lingkungan yang kaya akan literasi, juga memiliki perpustakaan yang nyaman dan menyenangkan serta memotivasi agar anak tidak hanya terpaku membaca buku teks pelajaran, melainkan membaca buku non teks pelajaran.
Rumusan masalah penelitian ini adalah (1).Bagaimana penerapan program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk meningkatkan kegemaran membaca siswa SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara?,(2). Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penerapan Gerakan nghambat penerapan gerakan literasi sekolah di SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara?
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi penerapan kegemaran membaca melalui Gerakan Literasi Sekolah di SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara. (2) Mengidentifikasi peran guru dalam penerapan gerakan literasi sekolah di SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara. (3) Mengidentifikasi apa saja faktor penghambat penerapan gerakan literasi sekolah di SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara. (4) Mengidentifikasi dampak penerapan gerakan literasi sekolah terhadap peningkatan kegemaran membaca di SDN Lagoa 05 Pagi Jakarta Utara.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, dan analisis data menggunakan analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini : Penerapan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN Lagoa 05 Pagi telah berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran holistik yang mendukung kegemaran membaca siswa. Melalui pendekatan yang mencakup pembiasaan membaca, penataan lingkungan literasi, variasi kegiatan seperti Garasi, dan integrasi literasi dengan kurikulum, sekolah ini berhasil mempromosikan budaya literasi yang meresap dalam setiap aspek pembelajaran. Faktor kesuksesan melibatkan kepemimpinan sekolah yang aktif, infrastruktur literasi yang memadai, partisipasi guru, dan dukungan orang tua. Meskipun demikian, program ini dihadapkan pada hambatan seperti keterbatasan waktu dalam kurikulum yang padat, keterbatasan waktu presentasi siswa, dan perlu pembaruan koleksi buku di perpustakaan. Untuk mengatasi ini, diperlukan kolaborasi antarstakeholder dan pendekatan pedagogis yang inovatif untuk menjaga keseimbangan antara kurikulum formal dan kegiatan literasi, serta memastikan terus berlanjutnya kegemaran membaca siswa di luar lingkungan sekolah.
|