Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Islam sebagai sekolah reguler yang menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melaksanakan program pendidikan inklusi namun belum pernah ada yang mengevaluasi program tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pendidikan inklusi di sekolah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian evaluasi dengan menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product). Peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dengan subjek penelitian adalah manajemen sekolah (kepala unit pendidikan dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum), guru kelas, guru pembimbing khusus (GPK), dan siswa. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan evaluasi program pendidikan inklusi di SDIT Nurul Islam sudah berjalan dan bisa dilanjutkan dengan beberapa catatan. Di mana evaluasi konteks menunjukkan bahwa sekolah melaksanakan program pendidikan inklusi sebagai bentuk dukungan terhadap peraturan pemerintah dan dikuatkan dengan dukungan surat keputusan yayasan. Adapun evaluasi masukan menunjukkan bahwa seluruh siswa baru diobservasi oleh tim psikolog saat dan diklasifikasikan ABK yang sesuai dengan kriteria penyelenggaraan di sekolah inklusi. Guru Pembimbing Khusus (GPK) belum memenuhi syarat kebutuhan latar belakang pendidikan dan belum berkoordinasi secara berkesinambungan dengan guru kelas. Penggunaan sarana dan prasarana penunjang juga dipenuhi sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Pembiayaan program pendidikan inklusi menggunakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan biaya swadaya orang tua murid yang rutin dibayarkan ke sekolah. Hasil evaluasi proses menunjukkan bahwa guru menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sama dan ada juga yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran setiap ABK mendapat program yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan karaketristiknya. Hasil evaluasi produk menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus belum dapat bersaing di bidang akademik namun dapat bersaing di bidang non akademik dengan siswa reguler. Selain itu siswa berkebutuhan khusus juga dapat diterima dalam lingkungan sosial sekolah dan dapat melanjutkan ke sekolah reguler dijenjang yang lebih tinggi.
|