Tesis ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas butir soal IPA buatan guru yang ditinjau dari aspek kuantitatif (Tingkat kesukaran dan daya beda). Subjek dalam penelitian ini adalah 1.310 pola respon siswa SMP kelas VIII terhadap perangkat tes berupa soal pada mata pelajaran IPA. Sedangkan objek dalam penelitian ini yaitu kualitas alat ukur dan hasil belajar siswa yang dilihat dari kemampuan (θ). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang akan menggambarkan karakteristik soal IPA kelas VIII buatan guru dan karakteristik kemampuan siswa dalam mata pelajaran IPA. Pengumpulan dan analisis data penelitian didapatkan dari beberapa langkah-langkah; Pertama dilakukan untuk menelaah kembali database soal IPA kelas VIII buatan guru hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan sebelumnya. Kedua, database soal buatan guru dikelompokkan berdasarkan bentuk butir soal. Ketiga, pembuatan koding penskoran yang dilakukan sesuai bentuk butir soal dan alternatif pilihan jawaban. Keempat, pengumpulan data dengan mengujikan instrumen butir soal IPA buatan guru kepada respoden siswa SMP kelas VIII. Kelima, data yang sudah dikumpulkan lalu dianalisis menggunakan R software package TAM dan didapatkan Output berupa Clasikal Test Theory & Item Response Theory. Keenam, menginterpretasi hasil output R software dan ketujuh membuat kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian dapt disimpulkan beberpa hal: Pertama 30 butir soal IPA buatan guru memiliki nilai coefficient alpha 0.851 yang artinya soal IPA buatan guru meliliki reabilitas yang baik. Kedua, nilai point biserial ditemukan 3 dari 30 butir soal memiliki nilai negatif yaitu pada butir soal nomor 9, nomor 13, dan nomor 14. Ketiga, analisis distraktor menemukan 2 dari 30 butir soal salah kunci jawaban yaitu pada butir soal nomor 9 dan nomor 13. Selain itu, 1 butir soal lainnya memiliki miskonsepsi yaitu butir soal nomor 14. 4. Sehingga buutir soal nomor 9, nomor 13, dan nomor 14 sehingga perlu didrop anmenyisahkan 27 butir soal. Keempat, wright map menunjukan tingkat kesulitan butir soal berada pada tingkatan sedang dan rata-rata responden berada pada tingkatan kemampuan sedang. Wright map juga menunjukan kekosongan butir soal untuk mengukur kemampuan responden berkemampaun tinggi. Kelima, tingkat kesulitan butir soal IPA buatan guru sudah mencangkup butir soal yang mudah, sedang, dan sulit dengan rentang -2.0 sampai 2.0. Namun, terdapat 1 dari 27 butir soal yang sangat mudah dengan nilai 2.5015848 yaitu butir soal nomor 21. Keenam, daya beda butir soal menunjukan hasil yang baik dengan rentang 0.0 sampai 2.0. Namun, terdapat 1 dari 27 butir soal tidak baik dengan nilai -1.5946857 yaitu pada butir soal nomor 2. Ketujuh, ICC model 2-PL menampilkan jawaban pola responden sudah sesuai dengan model yang diharapakan. Namun, jika dilihat dari secara visual terlihat 1 butir soal tidak terlalu fit dengan model yaitu pada butir soal nomor 18. Kedelapan, hasil infit dan outfit, 27 butir soal IPA buatan guru sudah baik dengan berada dalam entang nilai 0.7 – 1.3 karena termasuk soal not high stakes. Diharapkan guru dapat meninjauan kembali butir soal IPA yang telah dibuat terutama butir soal yang dinyatakan tidak baik. Apakah butir soal tersebut terlalu rendah sehingga tidak dapat menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya atau ada kesalahan kunci jawaban. Sehingga guru memiliki bank soal IPA berkualitas baik yang dapaat menggambarkan kemampuan peserta didik sesungguhnya. Selain itu guru juga diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesulitan butir soal IPA untuk menjawab tantangan dimasa depan yang mengacu pada soal-soal HOTS (Higher Order of Thinking Skill). Sehingga peserta didik dapat mengasah emampuannya dalam berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif.
|