Abstrak  Kembali
Penelitian dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa perkembangan zaman menimbulkan eksistensi nilai-nilai budaya lokal secara nyata telah bergeser. Nilaibudaya asing yang masuk melalui teknologi informasi berkembang begitu pesat di dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan di Taman Kanak-kanak wilayah Kabupaten Tangerang untuk bidang pengembangan kurikulum khususnya yang menunjang kearifan lokal belum terlaksana dengan semestinya, hal ini dapat terlihat dari pengembangan Kurikulum 2013 untuk Tingkat Satuan Pendidikan yang belum menyentuh kepada hal-hal substantif terkait pengembangan budaya lokal yang ada. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah a) Seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran berbasis kearifan lokal (local wishdom) oleh kepala sekolah di Taman Kanak-kanak Islamic Village Tangerang? b). Kendala-kendala apa saja yang terdapat pada pelaksanaan program pembelajaran berbasis kearifan lokal (local wishdom) di Taman Kanak-kanak Islamic Village Tangerang?Pendekatan penelitian menggunkan pendekatan kualitatif deskriptif. Dengan model CIPP. Hasil penelitian menunjukklan bahwa 1) Dalam proses perencanaan pembelajaran, TK Plus Islamic Village telah memasukkan unsur kearifan lokal, yaitu aspek budaya daerah yang ada di Indonesia. 2) Dalam proses pelaksanaan pembelajaran di TK Plus Islamic Village, aspek kearifan lokal dilaksanakan pada puncak tema pada zona olah tubuh, dan secara umum telah dilaksanakan dengan baik. 3) Jenis-jenis permainan tradisional yang dilaksakan pada proses pelaksanaan pembelajaran di TK Plus Islamic Village yaitu: Permainan Congklak, Cublak-cublak Suweng, Petak Umpet, Bentengan, Gobag Sodor, Tepuk Silang, Ular Naga, Ular Tangga, Panahan. 4) Proses evaluasi pembelajaran berbasis kerifan lokal sudah berjalan dan dilakukan dengan baik di TK Plus Islamic Village sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah terutama pada kurikulum 2013. 5) Kendala-kendala yang dihadapi pada proses pembelajaran berbasis kearifan lokal lebih disebabkan kekurangfahaman guru pada objek dan tatacara permainan tradisional tersebut, bukan pada anak atau alat-alat yang digunakan dalam permainan.