Berdasarkan data surveilans dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017 terdapat 2671 kasus campak dan wilayah Jakarta Selatan menjadi wilayah dengan kasus campak tertinggi yaitu sebanyak 761 kasus jika dibandingkan dengan wilayah lain. Kecamatan Pesanggrahan menjadi kecamatan dengan kejadian campak tertinggi pada tahun 2019 dengan kasus sebanyak 72 kasus sampai dengan November 2019.
Penelitian ini menggunakan desain studi Case Control. Data yang digunakan data primer dan sekunder, data primer bersumber dari kuesioner dan data sekunder bersumber dari lembar form C1 campak di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Teknik pengumpulan sampel dengan metode Proposional Random Sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat , bivariat dan multivariat.
Hasil uji Bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan adalah variabel umur anak (p value 0,003) dengan nilai OR 2,515, status imunisasi campak (p value 0,008) dengan nilai OR 2,462, status vitamin A (p value 0,000) dengan nilai OR (0,000), Riwayat ASI ekslusif (p value 0,008) dengan nilai OR 2,167, pekerjaan ibu (p value 0,005) dengan nilai OR 2,449, dan variabel pengetahuan ibu (p value 0,037) dengan nilai OR 1,926. Hasil uji multivariat menunjukkan variabel yang yang masuk model akhir multivariate adalah variabel pekerjaan ibu (p value 0,004), variabel umur anak (p value 0,005), dan variabel status vitamin A (p value 0,001) sebagai variabel yang paling dominan terhadap kejadian campak.
Penelitian ini menyarankan agar Puskesmas Pesanggarahan diharapkan dapat memberikan informasi lebih giat lagi mengenai resiko penularan campak dan mengajak masyarakat untuk ikut serta berperan aktif dalam mencegah penularan campak. Meningkatkan sasaran pemberian vitamin A atau melakukan sweeping terhadap balita yang belum mendapatkan vitamin A dan memberikan vitamin A sesuai dengan dosis yang dianjurkan menurut umur balita agar dapat mencegah kejadian campak dan mengurangi resiko komplikasi campak.
|