Abstrak  Kembali
Stunting adalah salah satu masalah gizi yang berdampak buruk terhadap kualitas anak dalam mencapai titik tumbuh kembang yang optimal sesuai potensi genetiknya Indonesia termasuk kategori pendek sebesar 19,8%, di provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 26%. Puskesmas Bolo merupakan puskesmas terbanyak kedua yang melaporkan kasus stunting dengan kasus stunting sebanyak 566 kasus yang tercatat sampai dengan Maret 2018 profil Kesehatan Kabupaten Bima 2018. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan kejadian stunting pada balita usia (24-59) bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat Tahun 2019 Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan metode case control dan didukung analitik kualitatif. Pengumpulan data dilaksanakan pada September sampai dengan November 2019. Responden terdiri dari 90 kelompok kasus (balita stunting) dan 180 kelompok kontrol (balita tidak stunting). Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Tehnik analisa univariat, uji chi square, dan uji regresi ligistik sederhana. Hasil bivariate menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi saat hamil (LILA) (p value 0,009), Riwayat ASI Eksklusif (p value 0,002), Anemia ibu saat hamil (p value 0,009), Berat Badan Lahir (p value 0,000) dan Panjang Badan lahir (p value 0,001) dengan kejadian stunting pada balita usia (24-59) bulan. Hasil uji multivariate menunjukkan terdapat 3 variabel yang mempunyai p value < 0,05 yaitu Status gizi ibu saat hamil (LILA) (0,077), Riwayat ASI Eksklusif (0,003), dan Berat Badan lahir (0,016). Variabel yang paling dominan mempengaruhi stunting adalah variabel berat badan lahir dengan OR 4,135 artinya Balita waktu lahir memiliki berat badan lahir < 2500 gram mempunyai 4 kali peluang menjadi stunting. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa faktor penyebab stunting adalah tidak ASI Eksklusif, pemberian makanan sebelum 6 bulan, ibu dengan KEK, mual muntah, pola makan yang salah saat hamil, BBLR, pendek, keadaan ekonomi, lingkungan tidak bersih, anak sakit-sakitan, tidak memantau tumbuh kembang anak dan tidak rutin ikut posyandu karena kurang pengetahuan. Dalam pencegahan dan penanggulangan balita stunting diperlukan penyuluhan, Konseling dan Edukasi (KIE) di setiap desa melalui pendekatan yang lebih mendalam dalam dan menggunakan media yang lebih efektif mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan masalah stunting yang harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan, upaya pencegahan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), upaya pencegahan dan penanggulan bayi lahir dengan BBLR dan panjang badan lahir pendek serta upaya pencapaian cakupan ASI Ekslusif.