Indonesia ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Prevalensi ISPA tahun 2016 di Indonesia mencapai 25% dengan rentang kejadian 17,5 % - 41,4 % Untuk kabupaten Tulang Bawang Barat terus mengalami kenaikan dari 2010-2015 (15-102 kasus). Dari 5 desa di lingkup wilayah kerja Puskesmas Daya Murni angka kejadian ISPA pada bulan Januari-Agustus 2019, tertinggi di Desa Daya Murni sebesar 28% dan Desa Daya Asri sebesar 19,2%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan ISPA lanjut pada Ballita di Desa Daya Murni dan Daya Asri Tulang Bawang Barat. Penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada September-oktober 2019, dengan sampel ibu balita yang terinfeksi ISPA pada bulan januari-agustus 2019 dengan jumlah 256, teknik pengambilan sampel yaitu random sampling.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian ISPA lanjut dengan ASI eksklusif (P−value:0,017), kepadatan hunian (P−value:0,021), asap dapur (P−value:0,014), perokok dirumah (P−value:0,004), dan peternakan ayam (P−value:0,014). Tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian ISPA lanjut dengan BBLR (P−value:1,000), dan imunisasi (P−value:0,318). Variabel kepadatan hunian paling dominan mempengaruhi terjadinya ISPA sedang pada balita dengan OR 2,135 artinya balita yang tinggal dirumah dengan ukuran ruangan yang TMS berisiko terinfeksi ISPA sedang 2,135 kali dibandingkan dengan responden yang terinfeksi ISPA ringan.
Petugas kesehatan terus meningkatkan promosi kesehatan tentang faktor penyebab dan pencegahan ISPA lanjut dan terkait dengan kepadatan hunian yang belum memenuhi standar agar membuat sutau program operasional bagi keluarahan.
|