Di Indonesia,angka prevalensi stunting atau perawakan tubuh pendek pada anak-anak di Indonesia masih jauh dari standar WHO, yang memberi standar 20% sebagai batas non public health problem untuk masalah stunting. Indonesia menduduki peringkat ke-5 dunia untuk jumlah anak dengan kondisi stunting dengan proporsi 24,1% anak laki-laki dan 24,3% anak perempuan (Seanuts, 2013 ). Secara nasional, angka stunting anak-anak di Indonesia masih cukup tinggi dan belum mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu 37% pada tahun
2013 dan 30,8% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Jumlah balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung palik adalah 269 balita (40,3%) pada tahun 2017 dan 283 balita (47,48% ) pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stunting pada bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung Palik Kabupaten Bengkulu utara.Penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan metode cross sectional. Penelitian dilakukan pada April-Mei 2019, 283 responden ibu yang memiliki anak usia 7-59 bulan dengan teknik pengambilan sampel proportionate stratified random sampling. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara stunting dengan asupan energy(P−value:0,000), asupan protein(P−value:0,000), status infeksi (P−value:0,000), pemberian ASI eksklusif (P−value:0,000), berat lahir (P−value:0,000), status imunisasi (P−value:0,000), pendidikan ayah (P−value:0,001), pendidikan ibu(P−value:0,000), pekerjaan ibu (P−value:0,000), status ekonomi keluarga (P−value:0,002),rutinitas kunjungan
posyandu (P−value:0,000)dan aksesibilitas (P−value:0,000). Variabel rutinitas kunjungan Posyandu paling dominan terhadap kejadian stunting dengan OR 10,69.
|