ABSTRAK Sri Wulandari Dianrahaju, Hubungan antara Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Komunikasi Interpersonal dengan Profesionalitas Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan. Tesis, Jakarta: Program Pascasarjana Universitas PROF. DR. HAMKA, Jakarta, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji Hubungan positif antara Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Komunikasi Interpersonal dengan Profesionalitas Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan. Hipotesis penelitian, (1) Terdapat Hubungan positif antara Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah Profesionalitas Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan, (2) Hubungan positif antara Komunikasi Interpersonal dengan Profesionalitas Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan, (3) Hubungan positif antara Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dan Komunikasi Interpersonal secara simultan dengan Profesionalitas Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan korelasional dengan populasi terdiri dari 2284 Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan, yang tersebar di 65 Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Mampang Prapatan Sedangkan populasi terjangkaunya adalah guru-guru yang terdapat di 5 SMP Negeri yang terletak di kecamatan Mampang Prapatan sebanyak 187 orang guru, dipilih dengan proporsional random sampling, dengan rumus Slovin sejumlah 127 guru. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket untuk mengukur Kompetensi manajerial kepala sekolah, Komunikasi interpersonal dan Profesionalitas guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat hubungan positif Kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap Profesionalitas guru dapat diterima, hal ini dapat diketahui dengan hasil perhitungan uji t dimana th > tt (9,086 > 1,67). Dan berdasarkan hasil perhitungan rumus koefisien korelasi product moment dapat diketahui bahwa rh > rt (0,982 > 0,176) artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah dengan Profesionalitas Guru, dengan koefisien determinasi sebesar r2 X13 = 0,964. Hal ini berarti sebesar 96,4% variasi Profesionalitas Guru (Y) dipengaruhi oleh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1). Kedua, terdapat hubungan positif Komunikasi interpersonal terhadap Profesionalitas guru dapat diterima, hal ini dapat diketahui dengan hasil perhitungan uji t dimana th > tt (51,679 > 1,66). Dan berdasarkan hasil perhitungan rumus koefisien korelasi product moment dapat diketahui bahwa rh > rt (0,977 > 0,176) artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif Komunikasi Interpersonal dengan Profesionalitas Guru, dengan koefisien determinasi sebesar r2 X13 = 0,977. Hal ini berarti sebesar 97,7% variasi Profesionalitas Guru (Y) dipengaruhi oleh Komunikasi Interpersonal (X2). Ketiga, terdapat hubungan positif Kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap Komunikasi interpersonal dapat diterima, dan berdasarkan hasil perhitungan rumus koefisien korelasi product moment dapat diketahui bahwa rh > rt (0,982 > 0,176) artinya dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan positif Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) dan Komunikasi Interpersonal (X2) secara simultan dengan Profesionalitas Guru (Y), dengan koefisien determinasi sebesar r2 X12 = 0,964. Hal ini berarti sebesar 96,4% variasi Profesionalitas Guru (Y) dipengaruhi oleh Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah (X1) dan Komunikasi Interpersonal (X2). Berdasarkan temuan penelitian di atas, Profesionalitas guru dapat dicapai secara optimal dengan cara meningkatkan Kompetensi manajerial kepala sekolah dan Komunikasi interpersonal dengan cara: (1) Kepala sekolah perlu mengadopsi gaya kepemimpinan transformasi, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal, (2) Hubungan interpersonal ditingkatkan secara efektif dan kerjasama, saling terbuka, mendukung, menghargai dan saling mengembangkan kualitas, (3) Melakukan sistem pengkajian promosi pekerjaan, adanya penghargaan atas pengalaman dan keahlian serta dukungan berupa reward maupun punishment, (4) Hasil dari penilaian dilakukan tindak lanjut. Hal ini bahwa kedua variabel tersebut menjadi 2 (dua) faktor penentu yang bermakna.
|