Berdasarkan data UNICEF, tahun 2015 terdapat lebih 14% dari 147.000 anak
dibawah 5 tahun di Indonesia meninggal karena pneumonia. Dari statistik tersebut,
dapat diartikan sebanyak 2−3 anak dibawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia setiap jamnya. Hal tersebut yang menyebabkan pneumonia sebagai penyebab kematian utama bagi anak usia 5 tahun di Indonesia. Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk menunjukkan peningkatan kasus pneumonia balita tahun 2016-2017 yaitu 2106 kasus menjadi 3154 kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui determinan kejadian pneumonia pada balita di klinik manajemen terpadu balita sakit (MTBS) puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan metode case kontrol dan dilengkapi kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada April sampai November 2018. Pengumpulan data dilaksanakan pada Oktober 2018. Responden pada penelitian ini terdiri dari 60 kelompok kasus (balita pneumonia) dan 120 kelompok kontrol (balita tidak pneumonia). Hasil bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia balita dengan usia (P−value 0,001), jenis kelamin (P−value 0,031), riwayat ASI eksklusif (P−value 0,000), status gizi (P−value 0,000), riwayat imunisasi
(P−value 0,004), ventilasi rumah (P−value 0,000), keberadaan jalan raya (P−value
0,001), keberadaan kandang ternak (P−value 0,000), pendidikan ibu (P−value 0,001), pengetahuan ibu (P−value 0,023), pendapatan orang tua (P−value 0,000), kebiasaan merokok anggota keluarga (P−value 0,000), dan kunjungan posyandu (P−value 0,025). Hasil uji multivariat menunjukkan terdapat ada 6 variabel yang berhubungan bermakna (dominan) dengan kejadian pneumonia balita yaitu riwayat ASI eksklusif (P−value 0,000), status gizi (P−value 0,001), riwayat imunisasi (P−value 0,019), keberadaan jalan raya (P−value 0,032), keberadaan kandang ternak (P−value 0,000), kebiasaan merokok anggota keluarga (P−value 0,004). Variabel status gizi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia balita dengan OR 20,293. Dalam pencegahan dan penanggulangan pneumonia pada balita diperlukan adanya dukungan keluarga, masyarakat dan kader/tenaga kesehatan dalam mendukung upaya peningkatan ASI eksklusif, imunisasi lengkap, status gizi baik, kunjungan posyandu yang rutin, serta mengurangi atau menghentikan perilaku merokok anggota keluarga,
dan Masyarakat diharapkan lebih peka terhadap informasi dan pengetahuan kesehatan khususnya pencegahan dan penanggulangan pneumonia balita. Selain itu Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanggulangan pneumonia balita.
|