Abstrak  Kembali
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami beberapa perubahan yang terjadi baik secara fisik, mental, emosional, maupun sosial. Seiring dengan perubahan tersebut terdapat permasalahan yang dihadapi remaja seperti perokok aktif, peminum alcohol, perilaku seksual menyimpang, penyalahgunaan NAPZA, kesulitan belajar, bingung peran, seks pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran umum pelayanan kesehatan peduli remaja di Wilayah Puskesmas Kecamatan Simpang Teritip Tahun 2017. Jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data yang di peroleh dari data primer dan data sekunder. Informasi didapatkan melalui observasi, wawancara mandalam dan dokumentasi. Informan penelitian adalah 1 orang kepala puskesmas, 1 orang ketua bagian program PKPR, 2 orang tenaga kesehatan, 2 guru BP sekolah yang berada di wilayah puskesmas,1orang tokoh masyarakat, 1 orang tokoh agama, 6 remaja, 3 orang tua remaja. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas Kecamatan Simpang Teritip belum berjalan dengan baik dikarenakan sudah ada SOP/petunjuk teknis yang mengatur terkait pelaksanaan program PKPR di puskesmas namun program belum berjalan sesuai SOP tersebut, terbatasnya jumlah SDM, tidak adanya alokasi anggaran, tidak adanya fasilitas ruangan dan media KIE pendukung, jejaring kerja terbatas dengan pihak sekolah (SMA/sederajat), belum ada pengawasan dan pembinaan dari internal puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat. Layanan PKPR masih terbatas di luar gedung puskesmas (sekolah). Dokumen yang tersedia masih terbatas pada foto, surat tugas, daftar hadir bidan pengelola program PKPR dalam kegiatan penyuluhan di sekolah dan PKS antara puskesmas dan sekolah. Tidak adanya monitoring dan evaluasi (monev) secara berkala baik oleh Dinkes Kab/Kota maupun internal puskesmas. Laporan terkait program PKPR pun masih terbatas pada laporan kegiatan penyuluhan di sekolah. Peran remaja dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dinilai masih sangat rendah, begitu pula dengan konselor sebaya. Tidak ada keterlibatan tokoh agama/masyarakat dan orang tua, Peran petugas kesehatan dinilai masih kurang dari SN PKPR, tetapi keberadaan guru BK sebagai motivator dalam program PKPR sudah maksimal.