Menyusui mempunyai dua pola yaitu menyusui eksklusif dan menyusui
parsial. Menyusui eksklusif mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menunjang proses tumbuh kembang anak, namun hingga kini angka
keberhasilannya masih belum cukup memuaskan. Alasan yang menjadi penyebab
kegagalan praktik menyusui eksklusif bermacam-macam diantaranya yaitu budaya
memberikan makanan pralaktal, memberikan tambahan susu formula karena ASI
tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus
bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui determinan pola menyusui di Indonesia tahun 2013. Desain yang digunakan yaitu kuantitatif dengan rancangan cross sectional dengan mengolah data Riskesdas 2013. Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 provinsi di Indonesia. Sampelnya adalah ibu yang mempunyai bayi usia ≥ 6 bulan berjumlah 28005 responden. Pengolahan dan analisis data menggunakan uji Chi square dan regresi logistik ganda. Simpulan penelitian sebanyak 99.0% responden menyusui secara partial. Terdapat hubungan antara status kawin (p=0,038) dan paritas (0,004) dengan pola menyusui dan tidak terdapat hubungan antara status bekerja ibu (p=0,799), umur (p=0,392), pendidikan (p=0,204), tempat tinggal (p=0,637), sosial ekonomi (p=0,486) dan penggunaan alat kontrasepsi (0,073) dengan pola menyusui. Variabel status perkawinan merupakan variabel yang paling dominan. Risiko menyusui parsial pada ibu primipara, tidak kawin dan merupakan pengguna alat kontrasepsi sebesar sebesar 3,4%. Hasil penelitian menunjukkan diperlukannya support system yang lebih baik terutama bagi ibu primipara, tidak menikah (single parent) dan pengguna alat kontrasepsi agar dapat meningkatkan cakupan menyusui eksklusif di Indonesia dan mensukseskan 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
|