Diare merupakan penyebab kedua terbesar kematian balita di dunia. Penyakit ini
bisa dicegah dan diobati, menurut data World Health Organization dalam Meliyanti
(2014), sekitar empat miliar kasus diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4
juta/tahun kasus setiap tahunnya. Survei morbiditas oleh Subdit Diare Depkes tahun
2010-2015 kecenderungan insidens diare naik (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Penemuan kasus diare balita di Puskesmas Baleendah tergolong banyak dan meningkat pada tiga tahun terakhir ini. (Profil Puskesmas Baleendah, 2016 dan Laporan Bulanan Kasus Diare Balita di Puskesmas Baleendah, 2018). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Baleendah Kabupaten Bandung. Penelitian ini menggunakan analitik kuantitatif dengan metode cross sectional dilengkapi kualitatif. Penelitian dilakukan pada Februari sampai November 2018, 121
responden ibu pasien diare balita yang dirujuk ke Pelayanan kesehatan Lingkungan dan berdomisili di Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah dari bulan Januari 2017 sampai Agustus 2018. Terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian diare pada balita dengan pemberian ASI Eksklusif (p 0,034), kebiasaan mencuci alat makan dan minum balita (p 0,004), kebiasaan mencuci tangan (p 0,027), kebiasaan membuang tinja balita (p 0,020), sumber air bersih (p 0,000), jamban keluarga (p value 0,016). Faktor yang paling berisiko adalah sumber air bersih yang tidak memenuhi standar kesehatan memiliki peluang 87 kali lebih berisiko menyebabkan diare pada balita setelah dikontrol variabel pemberian ASI eksklusif, kebiasaan mencuci alat makan dan minum balita, kebiasaan cuci tangan, dan jamban keluarga.
Sumber air yang digunakan berwarna kuning, bau kaporit dan jarak sumber air
dengan septiktank <10 meter, rata_rata hanya berjakar 2-4 meter. Kurangnya
pemahaman informan tentang kejadian diare pada balita, pemberian ASI Eksklusif,
kebiasaan mencuci alat makan dan minum balita, kebiasaan cuci tangan dan sumber air bersih dan jamban keluarga yang memenuhi standar kesehatan. Mengetahui faktor risiko tersebut maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi program serta merencanakan program pencegahan dan penanggulangan penyakit diare pada balita.
|