Status gizi merupakan hal yang paling penting diperhatikan pada masa balita, karena merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Kekurangan gizi sendiri dapat memberikan konsekuensi buruk yang tak terelakkan, dimana manifesti terburuk dapat menyebabkan kematian. Pada tahun 2006 UNICEF memperkirakan bahwa keadaan kurang gizi berkontribusi pada kematian 5.6 juta balita dibawah 5 tahun diseluruh dunia. Sebagai tenaga kesehatan masyarakat upaya meningkatkan perbaikan gizi masyarakat di Indonesia dapat dilakukan melalui beberapa hal meliputi perubahan intervensi perilaku, suplementasi gizi mikro, tatalaksana gizi kurang/buruk pada ibu dan balita. Akan tetapi status gizi Indonesia berada pada posisi yang cukup kompleks karena permasalahan gizi bermacam‐macam dengan berbagai penyebab baik secara langsung, tidak langsung maupun perubahan mendasar. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini berfokus pada tujuan penelitian untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Balita di Puskesmas Kec. Wedi Kab. Klaten Provinsi awa Tengah Tahun 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah pada bulan Oktober – Desember 2017, menggunakan pendekatan potong lintang dengan jumlah responden 123 balita. Penentuan sampel menggunakan Lameshow. Tekhnik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Setelah dilakukan pengujian secara statistik diperoleh hasil uji bivariat bahwa variabel riwayat infeksi, pendapatan orang tua, pola asuh, asupan energi dan asupan protein memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai ρ value < 0,05. Sedangkan variabel usia balita, jenis kelamin, besar keluarga, pengetahuan Ibu dan Kunjungan Balita ke Posyandu tidak memiliki hubungan karena nilai ρ value > 0,05. Sedangkan variabel yang memiliki signifikansi tertinggi adalah pola konsumsi asupan energi dengan nilai ρ value > 0.05 dan Odss Ratio 7,507. Hal ini berarti balita yang memiliki konsumsi dengan asupan energi kurang berpeluang 7,5 kali lebih beresiko mengakibatkan balita dengan status gizi kurang pada wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Wedi. Saran kepada kepala Puskesmas Kecamatan Wedi perlu meningkatkan kegiatan pendidikan dan promosi kesehatan tentang kadarzi (keluarga sadar gizi) terhadap ibu balita beserta keluarga.
|