Abstrak  Kembali
Penelitan yang dilakukan oleh Agus Handito (2014) di 9 (Sembilan) Provinsi di Indonesia menyebutkan bahwa sebagian besar balita penderita diare (91,3%) menggunakan zinc kurang dari 10 hari. Data rendahnya penggunaan zinc tersebut dalam pengelolaan diare yang mengindikasikan bahwa masih kurangnya kepatuhan orangtua balita yang menderita diare. Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. (KBBI,2007). Yang artinya, kepatuhan adalah sejauh mana perilaku orang tua balita dengan diare tersebut mengikuti aturan atau arahan yang diberikan petugas kesehatan tentang penanganan diare termasuk penggunaan zinc selama 10 hari berturut-turut, untuk mencegah terjadinya diare berulang selama 2-3 bulan kedepan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui determinan kepatuhan minum zinc pada balita penderita diare di Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang Propinsi Banten Tahun 2018. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang Propinsi Banten pada bulan Mei s.d Juni tahun 2018. Desain penelitian ini menggunakan Crossectional. Dengan jumlah sampel sebanyak 80 orang diambil dengan rumus uji hipotesis beda dua proporsi. Teknik analisis data meliputi analisis univariat, uji chi square dan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan, tingkat pengetahuan, persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan, persepsi dukungan keluarga dan persepsi dukungan tenaga kesehatan dimana nilai p<0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh variabel persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan dengan nilai Exp(B) 7,241 (1,820– 28,816) yang artinya persepsi aksesibilitas pelayanan kesehatan memiliki pengaruh 7,241 kali terhadap kepatuhan minum zinc pada balita penderita diare. Saran untuk Puskesmas Ciomas Kabupaten Serang adalah perlunya pelatihan bagi tenaga kesehatan sehingga terampil dalam melaksanakan kebijakan, dan menyampaikan informasi gizi kepada masyarakat. Program yang bersifat promosi dan preventif juga diutamakan tidak hanya kuratif dan rehabilitatif. Permasalahan gizi bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, terutama tenaga kesehatan. Kerja sama lintas program dan sektor secara aktif harus terus dilaksanakan dalam mengatasi permasalahan ini.