Abstrak  Kembali
Plebitis merupakan health-care associated infections (HAIs) yaitu infeksi oleh mikroorganisme yang dialami oleh pasien dan diperoleh selama dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya diikuti dengan manifestasi klinis yang muncul sekurang-kurangnya 3x24 jam. Kejadian plebitis menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤1,5%. Angka kejadian plebitis di Rumah Sakit X Kebayoran Lama berkisar antara 10% s/d 17%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian plebitis pasca pemasangan infus pada pasien rawat inap RS X Kebayoran Lama Jakarta Selatan Tahun 2018. Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross Sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis cairan, jenis kateter, ukuran kateter, lokasi pemasangan kateter, lama rawat, perawatan balutan, usia, jenis kelamin dan penyakit penyerta sedangkan variabel dependen adalah kejadian plebitis. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Kebayoran Lama Jakarta Selatan pada tanggal 13 s/d 28 April 2018 dengan melihat catatan rekam medis tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap di RS X yang mendapatkan terapi infus pada tahun 2017 sebanyak 1258 orang. Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 200 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 200 responden rawat inap yang mendapatkan terapi infus terdapat 37,0% mengalami plebitis dan 62,0% tidak menggalami plebitis. Pengolahan data menggunakan uji regresi logistik menunjukan bahwa dari 8 faktor yang terkait dengan karateristik responden terdapat 7 faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian plebitis yaitu jenis cairan (p = 0,048; OR = 1,968; 95% CI = 1,007-3,846), jenis kateter (p = 0,039; OR = 0,498; 95% CI = 0,257-0,966), ukuran kateter (p = 0,037; OR = 2,059; 95% CI = 1,046-4,052), perawatan balutan (p = 0,011; OR = 2,592; 95% CI = 1,247-5,385), usia (p = 0,046; OR = 1,987; 95% CI = 1,011-3,904) dan penyakit penyerta (p = 0,025; OR = 2,213; 95% CI = 1,106-4,429), sedangkan 2 faktor yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian plebitis adalah lama rawat (p = 0,076; OR = 1,835; 95% CI = 0,939-3,587) dan jenis kelamin (p = 0,521; OR = 1,684; 95% CI = 0,875-3,240). Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa faktor yang dominan dan berpengaruh terhadap kejadian plebitis adalah responden yang tidak mendapatkan perawatan balutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi RS X Kebayoran Lama Jakarta Selatan, terutama dalam prosedur pemasangan dan perawatan terapi intravena yang perlu mempertimbangkan untuk melakukan perawatan balutan pada pasien rawat inap yang mendapatkan trapi intravena.