Abstrak  Kembali
Kematian ibu pada masa nifas yaitu kematian ibu yang terjadi pada saat setelah lahirnya plasenta sampai 42 hari dan merupakan salah satu penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Kesehatan ibu atau faktor risiko sangat berpengaruh terhadap terjadinya kesakitan bahkan kematian pada ibu. Deteksi awal dari kehamilan sampai nifas pada ibu sangat diperlukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang ada pada ibu, karena penyebab kematian pada ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kematian obstetric langsung dan tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan kematian Ibu pada masa nifas di Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat Tahun 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan studi observasi, studi dokumentasi dan wawancara mendalam. Informan ditentukan dengan metode purposive sampling. Jumlah informan adalah 20 orang (Penolong persalinan (bidan), suami, keluarga, tetangga dan kader, tokoh Agama, serta tokoh masyarakat). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor penyebab kematian ibu pada masa nifas dikarenakan ibu memiliki riwayat penyakit yaitu darah tinggi (hypertensi) sebelum kehamilan dan merupakan faktor genetic dari keluarga sehingga berlanjut menjadi preeklamsi pada saat hamil dan nifas, masih kurangnya pelayanan ANC yaitu tidak melakukan pemeriksaan rutin disetiap trimester kehamilannya sehingga faktor risiko tidak terdeteksi dari awal, masih ditemukan komplikasi pada kehamilan dengan hipertensi dan komplikasi pada masa nifas yang masih tetap mengalami hipertensi disertai (oedema paru, aspirasi pneumonia, dan sepsis). Pelayanan masa nifas belum berjalan secara optimal karena masih didapatkan kunjungan rumah tidak rutin terutama pada ibu nifas dengan risiko tinggi sehingga tidak terpantau dengan baik. Kemudian peranan petugas kesehatan yang masih kurang dalam hal peranannya sebagai komunikator, fasilitator dan motivator. Serta di temukan hal baru bahwa kepedulian ibu terhadap kesehatan diri sendiri masih sangat kurang. Diharapkan agar pihak puskesmas dan tenaga kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dengan memberikan pelayanan yang optimal sesuai dengan prosedur dan informasi melalui penyuluhan yang terjadawal rutin di fasilitas kesehatan dan memberikan pendampingan pada pasien dengan risiko maupun tanpa risiko serta menambah pelatihan PONED.