Abstrak  Kembali
Diare merupakan suatu keadaan dimana terjadi perubahan pola buang air besar > 3 kali dalam sehari disertai perubahan konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan tanpa darah atau tanpa lendir. Tahun 2016 jumlah kasus diare pada balita sebanyak 16.420 penderita dengan persentase 1,76% dari target penemuan. Di wilayah Kabupaten Purwakarta, Puskesmas Tegalwaru memiliki persentase kejadian diare balita paling tinggi 42%. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini berfokus pada determinan kejadian diare balita diwilayah kerja Puskesmas Tegalwaru, meliputi faktor lingkungan (sarana pembuangan sampah, kepemilikan jamban, jenis lantai rumah), dan faktor perilaku (kebiasaan cuci tangan, penyediaan air bersih, kebiasaan membuang tinja balita, mencuci peralatan makan dan minum balita). Desain yang digunakan mix metode (penelitian kuantitatif didukung kualitatif) dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai balita umur 1-59 bulan dengan sampel 92 orang. Tekhnik sampling menggunakan multistage sampling. Tekhnik analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-Square, dan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil seleksi bivariat menunjukan bahwa variabel sarana pembuangan sampah, kepemilikan jamban, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan membuang tinja balita memiliki hubungan yang signifikan dimana nilai p-value < 0,05. Sedangkan variabel penyediaan air bersih, dan mencuci peralatan makan dan minum balita tidak memiliki hubungan karena nilai p-value > 0,05. Pada analisis multivariat uji regresi logistik berganda diperoleh bahwa variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diare balita atau nilai p-value < 0,05 adalah sarana pembuangan sampah, kepemilikan jamban, kebiasaan cuci tangan, dan kebiasaan membuang tinja balita. Sedangkan variabel yang memiliki signifikansi paling dominan adalah kebiasaan cuci tangan dengan nilai p < 0,05 dan OR 4,595. Artinya kebiasaan cuci tangan tidak memakai sabun berpeluang besar 4 kali terhadap kejadian diare balita. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran PHBS keluarga yang dimiliki ibu balita, berdampak pada lingkungan dan perilaku yang buruk.