Abstrak  Kembali
Hasil penelitian yang dikemukakan informan antara lain kurangnya pengetahuan keluaga terhadap kriteria jamban sehat, kemudian persepsi keluarga, TOMA, dan TOGA terhadap Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan ketersediaan jamban disebabkan oleh letak geografis yang tidak mendukung (pesisir pantai), tidak memiliki jamban baik jamban pribadi maupun umum (rusak), keuangan yang terbatas, dan malu meminjam jamban tetangga. Media televisi dan Handphone (HP) sama sekali tidak difungsikan oleh masyarakat untuk memperoleh informasi kesehatan sebab jaringan lokal yang tidak mendukung. Menurut informan tenaga kesehatan melakukan penyuluhan dan pembinaan PHBS rumah tangga setiap bulan namun tidak dapat merubah kebiasaan masyarakat. Pemeriksaan jamban oleh tenaga kesehatan dilakukan satu tahun sekali. Tidak ada arisan jamban yang dibentuk oleh tenaga kesehatan maupun TOMA. Kebiasaan BABS di masyarakat semenjak dahulu hingga sekarang, dan tidak mengenal usia. Tempat-tempat BABS (orang dewasa dan anak kecil) yaitu pinggir pantai, belakang rumah (hutan mangrove), samping rumah, dan teras rumah. Tidak ada peraturan dari TOMA maupun TOGA terhadap masyarakat yang BABS. TOMA dan TOGA jarang mengajak masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai islam yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta sanitasi sebagai bagian dari iman. Selain itu salah satu TOMA malah memberikan contoh yang tidak baik, dimana TOMA tersebut pernah menjabat sebagai ketua RT, malah melakukan BAB di sembarangan tempat, sehingga perilakunya dicontohi oleh warganya sendiri.