Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak ditangani secara efektif akan menyebabkan perdarahan dan infeksi serta pada jangka panjang dapat menganggu ketidaknyamanan ibu dalam berhubungan seksual. Berdasarkan data ibu bersalin di Puskesmas Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara kecenderungan kejadian ruptur perineum cukup tinggi sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan pendekatan kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data rekam medis di ruang
bersalin Puskesmas Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara untuk data sekunder,
sedangkan untuk data primer melalui wawancara mendalam (indepth interview)
dengan menggunakan kuesioner dan studi dokumentasi. Populasi pada penelitian
ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di Puskesmas Penjaringan Jakarta
Utara Tahun 2015. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang
melahirkan di Puskesmas Penjaringan Jakarta Utara dari bulan Januari sampai
dengan Desember 2015 sebanyak 145 orang. Uji statistik di lakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Variabel pada penelitian ini adalah umur, paritas, lama kala II, jarak kelahiran, berat bayi baru lahir, makrosomi, tehnik meneran dan pimpinan persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 145 orang responden kebanyakan adalah ibu umur 20 sampai dengan 35 tahun (69,7 %), paritas 1 (33,1%), jarak kelahiran 1 sampai dengan 2 tahun (51,0%), berat bayi baru lahir lebih dari 2.500 gr (89,0%), lama kala II kurang dari 60 menit (86,2%), makrosomi kurang dari 4000gr (93,8%), tidak ada kelainan dalam tehnik meneran (62,1%), dan pimpinan persalinan sesuai prosedur (83,4%). Setelah dilakukan analisis statistik diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan (p<0,05) antara paritas, jarak kelahiran dan tehnik meneran. Sedangkan variabel yang tidak ada hubungan adalah umur, berat badan bayi baru lahir, lama kala II, makrosomi dan pimpinan persalinan. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian ruptur perineum adalah paritas dan yang tehnik meneran. Disarankan kepada Puskesmas untuk lebih memperhatikan hasil ANC sebagai bahan untuk evaluasi sehingga bisa menekan angka ruptur di perineum, selain itu kepada Dinas Kesehatan mencermati laporan dari puskesmas terkait ruptur ini sehingga bisa melakukan tindakan promotif dan preventif kepada ibu hamil baik melalui kegiatan promosi kesehatan dan sebagainya sehingga ibu hamil mengerti dan menyadari akan terjadinya ruptur yang bisa menimpa ibu hamil.
|