Abstrak  Kembali
Penggunaan KB pada pria masih sangat sedikit, padahal pria adalah kepala keluarga sebagai penentu keputusan termasuk dalam hal kontrasepsi. Jenis-jenis kontrasepsi pria diantaranya adalah kondom, Metode Operasi Pria (MOP), Pantang berkala (kalender) dan Coitus Interuptus (Senggama terputus).Tesis ini bertujuan untuk Mengetahui determinan yang berhubungan denganperilaku pria dalam ber KB dan mengetahui fenomena yang terjadi di masyarakat terkait pemakaian kontrasepsi kontrasepsi pada pria di Wilayah Kerja PuskesmasCiruas Kabupaten Serang 2017. Metode yang digunakan mixed metod, diawali dengan penelitian kuantitatif menggunakan pendekatan case control, populasi pada penelitian ini adalah seluruh pria PUS sebanyak 14.937 orang dengan sampel adalah 70 pria PUS yang ber-KB sebagai kasus dan 70 pria PUS yang tidak ber-KB sebagai kontrol berjumlah 140 sampel.Data dianalisis secara bivariat dengan chi square dan analisis multivariat menggunakan multiple regresi logistik. kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis melalui observasi dan wawancara mendalam dengan jumlah informale 4 orang yaitu 2 pria PUS, 1 Penanggung Jawab KB, dan 1 Kepala Puskesmas. Terdapat hubungan antara status KB isteri (p=0,001), sikap (p=0,000), budaya (p=0,005), pendidikan (p=0,000), pekerjaan (p=0,001), dukungan tenaga kesehatan (p=0,017), dukungan tokoh masyarakat (p=0,003), dukungan peer grup (p=0,028), dan kebijakan pelayanan kesehatan (p=0,017) dengan perilaku pria dalam ber-KB, dan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, dukungan isteri, media informasi, aksesibilitas dan availabilitas dengan perilaku pria dalam ber-KB. Variabel yang paling dominan pendidikan (Exp.B=5,948) dan sikap (Exp.B=5,829). Hasil analisis kualitatif menunjukkan semua informan memiliki pengetahuan kurang mengenai KB pria, sebagian informan tidak mendapat dukungan isteri, sebagian informan menganggap KB pria tidak tersedia, sebagian informan mengatakan bahwa KB pria sulit dijangkau, sebagian informan mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi tentang KB pria bukan dari tenaga kesehatan.