Abstrak  Kembali
Perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja, khususnya remaja yang belum menikah semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada remaja SMP di Bekasi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan crosssectional,yang dilengkapi pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang bersekolah SMP di Kota Bekasi yang pernah atau sedang memiliki kekasih dengan jumlah sampel sebanyak 396 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive random sampling dengan analisis statistik chi square (χ2) dan regresi logistik ganda dengan tingkatkepercayaan 95%. Berdasarkan studi dari 396 responden, sebanyak 119 orang yang berisiko melakukan perilaku seksual pranikah yang terdiri dari 55,5% perempuan dan 44,5% laki-laki. Sebanyak 44,5% memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang, sementara 55,5% memiliki pengetahuan yang baik. Sebanyak 68,9 % dari siswa cukup religius dan 31,1% tidak religius. Sebanyak 60,5% memiliki peran keluarga yang buruk sedangkan 39,5% dari mereka memiliki keluarga yang berperan baik. Siswa yang menyatakan bahwa sekolah memiliki peran yang baik dalam mencegah kejadian seksual pranikah adalah 52,9% sedangkan 47,1% lainnya tidak. Hampir tiga perempat dari sampel memiliki pengaruh buruk dari rekan-rekan mereka, sementara seperempat mengatakan bahwa rekan mereka memiliki pengaruh yang baik dalam perilaku mereka. Dari 119 siswa berrisiko yang telah melakukan masturbasi sekitar 10% dan semua telah terpapar pornografi melalui handphone (video, sms dll) atau internet. Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor signifikan yang terkait dengan perilaku seksual pranikah adalah jenis kelamin, peran keluarga, peran teman sebaya dan aktivitas masturbasi. Faktor yang tidak berhubungan secara bermakna dengan perilaku seksual pranikah adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, pemahaman agama, peran sekolah dan media massa. Studi ini menunjukkan bahwa perlunya komunikasi yang efektif antar anggota keluarga. Penentuan kebijakan masa yang akan datang dan pengembangan program harus membahas cara-cara dalam menjaga norma-norma dan nilai-nilai positif remaja sesuai dengan budaya dan agama yang ada.Hal ini dapat juga dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan seksual dan reproduksi berbasis sekolah dan pelayanan kesehatan. Sekolah juga diharapkan dapat memfasilitasi kreativitas siswa di sekolah melalui ekstrakurikuler saat atau diluar jam sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan aktifitas positif pada remaja dan juga para remaja diharapkan selektif dalam memilih teman sebaya.