Abstrak  Kembali
Meningkatnya pemberian susu formula disebabkan pengetahuan kurang mengenai manfaat ASI, pendidikan yang rendah, agresifnya promosi susu formula, dukungan petugas kesehatan. Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk bayi. World Health Organization (WHO) telah menganjurkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) tahun 2010 dan 2013 menunjukkan angka keberhasilan ASI eksklusif di Indonesia secara keseluruhan cenderung menurun. Metode penelitian bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif pengumpulan data dilakukan secara kuesioner di lanjutkan dengan wawancara mendalam. Subyek penelitian kuantitatif dan kualitatif adalah ibu yang memiliki anak berusia 0-11 bulan yang datang ke BPM, bidan yang mempunyai BPM, sales susu formula, keluarga ibu yang memiliki anak berusia 0-11 bulan, Data kemudian ditabulasi untuk melihat karakteristik subjek dan proporsi ASI eksklusif. Analisis statistik dilakukan untuk mencari faktor yang berhubungan dangan pemberian ASI eksklusif dengan cara uji Kai kuadrat atau Fisher (analisis bivariat). Penelitian dilakukan pada 90 subyek penelitian kuantitatif dan 12 subyek penelitian kualitatif. Proporsi ASI eksklusif sebesar 71%, sebagian besar subyek memiliki usia 20-35 tahun 85,5%, sebanyak 82,0% subyek berpendidikan tinggi, dan 95,5% tidak bekerja, pengetahuan yang benar mengenai ASI eksklusif didapatkan pada 87,7%, Yang bersikap positif 86,75%. Didapatkan faktor yang paling bermakna mempengaruhi ASI eksklusif adalah keterpaparan susu formula (P<0,05). Hasil kualitatif menunjukan bahwa Bidan menyiapkan dan memberikan susu formula di tempat prakteknya dengan tujuan membantu ibu jika ibu tidak keluar ASInya.