Abstrak  Kembali
Penyakit infeksi selalu menempati urutan pertama, disusul oleh penyakit kardiovaskular. Saluran pernapasan merupakan lahan utama terjadinya infeksi dan sebagian penyebab infeksi bakteri saluran pernapasan ialah Streptococcus ? hemolyticus. Dari semua pasien anak yang terserang infeksi bakteri Streptococcus ? hemolyticus tersebut sejumlah 0,3 % nya akan berpotensi menjadi demam rheumatik. Demam rheumatik dapat menyebabkan komplikasi kelainan katup dan yang paling sering yaitu penyempitan katup mitral atau Mitral Stenosis dan kebocoran katup mitral atau Mitral Regurgitation. Pasien dengan Mitral Stenosis moderate hingga severe dalam satu tahun dapat meninggal sebesar 58 %. Tingkat mortalitas pasien dengan Mitral Regurgitation severe juga tinggi yaitu dalam lima tahun kematiannya sebesar 54 %. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian atau kondisi yang lebih buruk pada pasien dengan kelainan katup Mitral Stenosis dan Mitral Regurgitation severe yaitu dengan penggantian katup mitral atau Mitral Valve Replacement. Tidak ada satu pun katup buatan yang sempurna tetapi tindakan Mitral Valve Replacement dibutuhkan bagi pasien-pasien dengan Mitral Stenosis atau Mitral Regurgitation severe. Masalah-masalah yang bisa timbul dari penggunaan katup prostetik tersebut antara lain adalah regurgitasi, infeksi, dan thrombus sehingga setelah tindakan Mitral Valve Replacement perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi katup prostetik. Pemeriksaan Trans Torakal Ekokardiografi (TTE) dapat digunakan untuk evaluasi terhadap katup prostetik mitral. Tujuan penulisan KTI ini yaitu untuk memberikan gambaran tentang teknik pemeriksaan TTE pada pasien dengan katup prostetik mekanik mitral. Pada tanggal 6 Mei 2009, dilakukan pemeriksaan TTE pada salah satu pasien rawat inap bernama Tn. SU dengan diagnosa Post Mitral Valve Replacement tanggal 27 April 2009. Setelah dilakukan pemeriksaan ekokardiografi pada Tn. SU didapatkan pada gambaran 2-D yaitu terlihat posisi dan pergerakan yang baik dari katup prostetik mekanik mitral, serta tidak terdapat struktur abnormal pada katup prostetik tersebut. Dengan M - mode katup mitral dapat terlihat lebih jelas posisi membuka dan menutup dari katup prostetik mekanik mitral. Dari data doppler dengan menggunakan rumus persamaan kontinuitas dihasilkan nilai eMVA 2,34 cm2 dan MPG 3 mmHg, serta tidak terdapat leakage pada katup prostetik mitral. Maka dapat disimpulkan bahwa katup prostetik mekanik mitral pada pasien ini berfungsi dengan baik. Pembahasan masalah dalam KTI ini didapatkan persamaan dan perbedaan antara teori dan studi kasus. Persamaan tersebut meliputi persiapan mesin, posisi pasien dan pemeriksa saat pemeriksaan, dan tahapan pemeriksaan TTE pada pasien dengan katup prostetik mekanik mitral. Perbedaan yang tidak begitu besar antara teori dan praktek terdapat pada persiapan alat penunjang dan persiapan pasien. Kelengkapan alat penunjang yang tidak dijelaskan dalam teori namun dilakukan dalam praktek berguna untuk kelancaran proses pemeriksaan sehingga perlu diperhatikan agar dapat diperoleh hasil yang optimal. Daftar Pustaka : 23 (1996-2009)