|
Rimpang temugiring (Curcuma heyneana Val.) telah banyak digunakan
masyarakat sebagai obat cacing pada anak-anak, untuk mengatasi masalah
disentri, serta dapat menurunkan kadar trigliserida darah. Selain itu rimpang
temugiring juga dapat digunakan sebagai bahan kosmetik dan untuk perawatan kulit. Untuk persyaratan dalam sistem pelayanan kesehatan formal, maka obat tradisional harus memenuhi persyaratan kualitas, berkhasiat, dan aman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji toksisitas akut ekstrak etanol rimpang temugiring. Penelitian dilakukan menggunakan mencit jantan dan betina galur DDY berjumlah 20 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok dosis. Dosis yang digunakan pada uji toksisitas akut adalah 280 mg/kgBB, 1400 mg/kgBB, 2000 mg/kgBB dan satu kontrol normal (CMC Na 0,5%), diberikan secara peroral, pengamatan dilakukan selama 24 jam, kemudian diamati sampai hari ke-14. Pengamatan yang dilakukan berupa gejala-gejala toksik yang terjadi, jumlah mencit yang mati, dan pengamatan histopatologi pada organ hati dan ginjal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai dosis 2000 mg/kgBB tidak ada kematian sehingga termasuk kategori praktis tidak toksik. Gejala toksik yang teramati selama ujitoksisitas akut, antara lain nafsu makan menurun, gerakan lemah, serta feses yang
lunak. Pengamatan secara histopatologi terlihat adanya kerusakan berupa nekrosis pada sel hati dan kerusakan glomerulus pada sel ginjal, akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna.
|