|
Daun kumis kucing (Orthosiphonis aristatus Miq) adalah salah satu tanaman yang
sering digunakan dalam pengobatan tradisional di Indonesia. Daun kumis kucing
memiliki banyak kandungan senyawa metabolit sekunder, salah satunya adalah
flavonoid. Senyawa marker daun kumis kucing adalah berasal dari turunan
flavonoid, yaitu Sinensetin. Faktor yang mempengaruhi kandungan metabolit
sekunder salah satunya adalah proses pengeringan simplisia. Daun kumis kucing
yang dinilai memiliki aktivitas tabir surya yang dapat melindungi kulit terhadap
terbentuknya radikal bebas pada kulit. Tujuan dari pennelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pengeringan dengan menggunakan sinar
matahari, kering angin dan oven terhadap kadar flavonoid serta terhadap aktivitas
tabir surya. Pada pengujian kadar flavonoid total didapatkan paling tinggi adalah
pengeringan dengan menggunakan kering angin, yaitu 54,6589 ± 0,2414 mgQE/g,
lalu yang kedua adalah oven sebesar 45,4865 ± 0,2120 mgQE/g, dan sinar
matahari sebesar 44,1139 ± 0,2568 mgQE/g. Nilai dari pengujian aktivitas tabir
surya dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm dan 150 ppm pada masing-masing
ekstrak dengan perbedaan cara pengeringan simplisia yaitu sinar matahari secara
berurutan yaitu 2,1823±0,01 ; 3,3969±0,01 ; 4,1955±0,01, dengan kering angin
3,0334±0,04 ; 4,6838±0,01 ; 5,9146±0,07 dan dengan oven 2,2286±0,03 ;
3,2540±0,06 ; 4,2286±0,05. Berdasarkan dari hasil pengujian aktivitas tabir surya
dapat disimpulkan yang memberikan aktivitas paling baik adalah pada proses
pengeringan dengan diangin-anginkan dengan konsentrasi 150 ppm, yaitu 5,9146
± 0,07.
|