Abstrak  Kembali
ABSTRAK
Berbagai penyakit disebar oleh tidak kurang dari 2.500 spesies nyamuk. WHO mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk setiap tahunnya meningkat dan sering menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di penjuru dunia. Di Indonesia sendiri kasus penyakit (DBD) yang disebabkan oleh vektor nyamuk Aedes segypti juga meningkat setiap tahunnya, terutama saat musim pengujan tiba. Hal ini dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tinggal di daerah endemis dan berisiko terkena penyakit akibat lingkungan. Mengingat keganasan penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk ini, masyarakat harus mampu mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikannya untuk membantu mengurangi persebaran penyakit DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Usaha untuk mengendalikan nyamuk ini ada beberapa metode baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi. Pada pengendalian secara kimiawi yang dimana pengendalian tersebut menggunakan bahan-bahan kimia mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu dapat membasmi nyamuk, sedangkan dampak negatifnya dapat menimbulkan polusi udara, menimbulkan bau yang menyengat dan bisa menimbulkan sesak nafas sehingga akan berpengaruh terhadap kesehatan. Adapun salah satu cara untuk mendapatkan bahan kimia yang ramah lingkungan adalah memanfaatkan potensi alam yaitu tanaman yang mengandung bio insektisida. Salah satunya adalah tanaman serai (Cymbopogon nardus) yang dapat dimanfaatkan terutama pada daun dan batang, sebagai pengusir nyamuk karena mengandung zat-zat seperti geraniol, sitronellal, sitronellol. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hasil dari uji coba penggunaan ekstrak daun dan batang serai (Cymbopogon nardus) sebagai repelen (obat anti nyamuk) alami terhadap nyamuk Aedes segypti. Jenis penelitian ini adalah eksperimen (percobaan laboratotik). Objek pada penelitian ini menggunakan bahan alami daun dan batang tanaman serai sebanyak 90 gram, 20 ekor nyamuk Aedes aegypti untuk tiap kurungan uji, serta 3 orang laki-laki mahasiswa UHAMKA sebagai populasi manusia yang akan digunakan lengannya dari ujung jari sampai siku. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari hasil percobaan yang dihasilkan, kemudian dibuat dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik, kemudian diinterpretasikan dalam bentuk narasi. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan pada masing-masing konsentrasi untuk waktu awal nyamuk mulai hinggap pada lengan dan perbedaan antara lengan yang diberi ekstrak dengan yang tidak diberi ekstrak. Begitu juga dengan Daya Proteksi yang dihasilkan juga berbeda. Dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, artinya semakin banyak ekstrak daun dan batang serai yang digunakan, maka semakin lama pula waktu nyamuk untuk hinggap pada lengan. Disarankan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan tanaman serai sebagai obat alami pembasmi nyamuk, karena selain biaya yang lebih murah, mudah dibuat, aman juga bahan alaminya sehingga tidak menimbulkan efek negatif, baik bagi masyarakat maupun lingkungan. Diharapkan juga dapat mengubah ketergantungan masyarakat terhadap obat nyamuk kimiawi untuk beralih ke obat anti nyamuk alami.