Abstrak  Kembali
Masyarakat Desa Balegede masih banyak yang menggunakan tumbuhan obat sebagai analgesik atau pereda nyeri. Namun, kurangnya dokumentasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan ini seiring berjalannya waktu. Penelitian etnomedisin ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat yang meliputi nama tumbuhan, bagian yang digunakan, cara mengolah, cara pemakaian, khasiat tumbuhan serta dilakukan skrining fitokimia untuk mengidentifikasi metabolit sekunder. Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan melakukan wawancara, observasi, dokumentasi dan skrining fitokimia. Untuk perhitungan analisis menggunakan analisis Use Value (UV), Fidelity Level (FL) dan Informant Consensus Factor (ICF). Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Dari penelitian ini didapatkan 70 informan dan 31 jenis tumbuhan sebagai analgesik. Dari 31 tumbuhan didapatkan nilai UV tertinggi terdapat pada daun sembung (0,81), daun cincau (0,76) dan daun karinyuh (0,71), untuk nilai UV terendah yaitu daun afrika (0,07), batang pisang manggala hitam (0,06) dan daun jelantir (0,03). Nilai FL tertinggi 100% terdapat pada daun karinyuh (dengan klaim khasiat nyeri luka), daun cincau dan daun gedi (dengan klaim khasiat nyeri pinggang), untuk nilai FL terendah dengan klaim khasiat nyeri haid yaitu rimpang jahe (13,33%), batang sereh (12,50%) dan daun sirih hijau (7,50%). Nilai ICF tertinggi terdapat pada nyeri pinggang (0,98), nyeri luka (0,96) dan nyeri sendi (0,95), sedangkan untuk nilai ICF terendah yaitu sakit kepala (0,92) dan nyeri haid (0,89). Keadaan populasi yaitu 75% jumlah tumbuhan obat yang tergolong banyak populasinya dan 77% tumbuhan obat dibudidayakan sebagian besar ditemukan di pekarangan rumah. Dari hasil skrining fitokimia didapatkan bahwa tumbuhan obat tersebut mengandung metabolit sekunder alkaloid dan saponin yang berkhasiat sebagai analgesik.