Masyarakat Desa Balegede masih banyak yang menggunakan tumbuhan obat
sebagai antipiretik atau penurun demam. Namun, kurangnya dokumentasi dapat
menyebabkan hilangnya pengetahuan ini seiring berjalannya waktu. Penelitian
etnomedisin ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan tumbuhan obat
berkhasiat antipiretik di Desa Balegede, termasuk nama tumbuhan, jumlah, khasiat,
bagian yang digunakan, dan cara pemakaiannya. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif deskriptif dengan wawancara, observasi, dokumentasi, analisis
Use Value (UV), Fidelity Level (FL), dan Informant Consensus Factor (ICF).
Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling dan snowball
sampling. Hasil penelitian ini memperoleh 70 informan dan didapatkan 33 jenis
tumbuhan dari 25 famili yang digunakan sebagai obat penurun demam. Analisis
Use Value (UV) menunjukkan nilai tertinggi 0,87 pada cocor bebek (Kalanchoe
pinnata Lam.), 0,79 pada labu siyem (Sicyos edulis Jacq), 0,76 pada jaidi
(Abelmoschus manihot L.) dan nilai terendah 0,04 pada pisang manggala hitam
(Musa balbisiana Colla.), 0,03 pada kenop (Gomphrena globosa L.), 0,01 pada
hanjuang (Cordyline fruticosa L). Nilai FL didapatkan 19 tumbuhan (100%) yang
digunakan warga untuk khasiat yang sama, dan untuk nilai ICF didapatkan nilai
tertinggi yaitu 0,96 pada penyakit demam karna panas dingin. Keadaan populasi
dari 33 spesies, sebanyak 52% memiliki kondisi populasi yang baik (banyak
ditemukan) dan 52% telah dibudidaya umumnya ditemukan di perkarangan rumah.
Skrining fitokimia dari 32 sampel menunjukkan adanya senyawa metabolit
sekunder yang banyak ditemui pada tumbuhan yaitu alkaloid, saponin, tanin, dan
flavonoid, yang berkhasiat sebagai antipiretik.
|