Tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan sebagai obat penurun kolesterol
banyak dimanfaatkan di Indonesia, salah satunya di Desa Sukaharja, Kecamatan
Cikulur, Kabupaten Lebak-Banten. Namun, dikhawatirkan ilmu pengetahuan ini
makin terkikis seiring berkembangnya zaman. Penelitian etnomedisin ini memiliki
tujuan menginventarisasi jenis, bagian tumbuhan yang digunakan, cara
mendapatkannya, cara mengolahnya, juga untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang terkandung pada tumbuhan yang berperan sebagai penurun
kolesterol, disertai uji penegasan dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis).
Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik observasi
(pengamatan), wawancara, dan analisis menggunakan Use Value (UV). Teknik
pemilihan informan menggunakan purposive sampling untuk informan kunci dan
snowball sampling untuk informa umum. Dari 50 informan yang didapat melalui
rumus Isaac & Michael diwawancarai, didapatkan 13 spesies tumbuhan untuk
obat penurun kolesterol dengan nilai UV tertinggi dimiliki oleh cecabean
([Peperomia pellucida] UV 0,56), sirsak ([Annona muricata] UV 0,52) dan sereh
([Cymbopogon nardus] UV 0,50), serta nilai UV terendah dimiliki oleh pepaya
([Carica papaya] UV 0,08) dan takokak ([Solanum torvum] UV 0,06).
Masyarakat biasa menggunakan bagian tumbuhan berupa daun, akar dan batang
dengan cara ditumbuk dan direbus. Dari 13 tumbuhan yang didapat ditemukan
senyawa flavonoid yang ditegaskan pada 5 spesies terpilih menggunakan KLT dengan
pembanding kuersetin. Hasil Rf pada cecabean (0,69), sambung nyawa (0,68),
ciplukan (0,68), pepaya (0,67) dan takokak (0,67) mirip dengan kuersetin.
|