Abstrak  Kembali
Penggunaan beta bloker berdasarkan pedoman PERKI menjadi lini pertama pada pasien gagal jantung dengan HFrEF. Namun, penggunaan beta bloker masih menjadi masalah karena kesalahpahaman tentang risiko hipotensi dan bradikardia yang dapat berkontribusi pada prognosis gagal jantung yang buruk dan adanya penyakit penyerta yang diyakini sebagai kontraindikasi penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan beta bloker, ketepatan obat, dan faktor-faktor digunakannya beta bloker pada pasien gagal jantung di RSIJCP Tahun 2022. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif. Sebanyak 200 sampel diperoleh dari pasien rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi dan data dari rekam medis. Berdasarkan hasil penelitian yang hanya menggunakan beta bloker pada pasien gagal jantung di RSIJCP sebesar 87 sampel dan seluruhnya telah tepat obat karena diberikan pada pasien dengan HFrEF, NYHA II-IV, telah diberikannya ACE-I/ARB, dan pasien yang stabil. Sedangkan, pasien yang tidak menggunakan beta bloker sebesar 113 sampel dan seluruhnya tepat tidak diberikan beta bloker karena adanya asma, penggunaan ivabradine, HFpEF, syok kardiogenik, hiperkalemia, hipotensi, NYHA I, blok av 2 dan 3, penggunaan rifampisin, penggunaan diltiazem, dan PPOK yang menjadi faktor tidak diberikannya beta bloker. Pada penelitian ini penggunaan beta bloker dan tanpa beta bloker telah dikatakan tepat dan sesuai dengan kondisi klinik.