Permasalahan penggunaan bahan alam sebagai bahan aktif dalam suatu bentuk
sediaan adalah rendahnya bioavailabilitas. Rendahnya bioavailabilitas disebabkan
karena ekstrak sulit berpenetrasi melalui membran biologis dan kemungkinan
ekstrak untuk terurai semakin besar sehingga diperlukan satu sistem
penghantaran, salah satunya adalah fitosom. Tujuan penelitian ini adalah
membandingkan laju difusi dan laju penguraian allisin dalam ekstrak dan fitosom
bawang putih. Ekstrak dan fitosom disimpan selama 8 minggu pada suhu 4oC,
25oC dan 40oC untuk stabilitas kimianya, kemudian dilanjutkan pengujian laju
difusi. Pengujian dilakukan menggunakan alat difusi franz termodifikasi selama
300 menit. Hasil laju penguraian allisin dalam ekstrak bawang putih pada suhu
40C ; 250C dan 400C adalah 0,2121 ; 0,2728 dan 0,4980 dan laju penguraian
allisin dalam fitosom bawang putih pada suhu 40C ; 250C dan 400C adalah 0,0191
; 0,0185 dan 0,0212. Untuk hasil laju difusi ekstrak adalah 0,429 dan laju difusi
fitosom adalah 15,149. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa laju
penguraian allisin dalam fitosom lebih lambat dibandingkan allisin dalam ekstrak
serta laju difusi allisin dalam fitosom lebih cepat dibandingkan allisin dalam
ekstrak.
|