Abstrak  Kembali
Rimpang temu putih (Curcuma Zedoaria (Berg.) Roscoe) merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Tanaman ini mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, monoterpenoid, seskuiterpenoid, dan kuinolon. Untuk memisahkan senyawa berdasarkan kepolarannya, maka dilakukan fraksinasi. Dalam hal ini digunakan fraksi etil asetat. Pemilihan fraksi etil asetat bertujuan untuk mengetahui apakah senyawa-senyawa dari rimpang temu putih yang difraksinasi dengan etil asetat mempunyai efek sebagai hepatoprotektor melalui pengukuran aktivitas SGOT dan SGPT. Pada penelitian ini digunakan mencit putih jantan sebagai hewan percobaan. Hewan ini dikelompokan menjadi 6 kelompok perlakuan, yaitu K-I (kontrol negatif yang diberi CCl4), K-II (kelompok uji yang diberi fraksi etil asetat rimpang temu putih dengan dosis 1,4 mg/20 g BB), K-III (kelompok uji yang diberi fraksi etil asetat rimpang temu putih dengan dosis 2,8 mg/20 g BB), K-IV (kelompok uji yang diberi fraksi etil asetat rimpang temu putih dengan dosis 5,6 mg/20 g BB), K-V (kontrol positif yang diberi CurcilŪ ), K-VI (kontrol normal). Data aktivitas SGOT dan SGPT dianalisa dengan ANAVA satu arah, yang sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey. Pada uji ANAVA satu arah, data aktivitas SGOT dan SGPT p<0,05 yang menunjukkan ada perbedaan secara bermakna. Pada uji Tukey data aktivitas SGOT dan SGPT menunjukkan ada perbedaan bermakna antara K-I dengan K-II, K-III, K-IV, K-V dan K-VI. K-II dan III terdapat perbedaan bermakna dengan K-V. K-IV menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan K-V. Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat rimpang temu putih dengan dosis 1,4 mg/20 g BB, 2,8 mg/20 g BB, dan 5,6 mg/20 g BB mempunyai efek sebagai hepatoprotektor. Dosis optimum yang setara dengan CurcilŪ ialah pada fraksi etil asetat rimpang temu putih dengan dosis 5,6 mg/20 g BB.