Apotek sebagai salah satu sarana untuk menjalankan pelayanan
kefarmasian saat ini dituntut untuk dapat mengaplikasikan pekerjaan kefarmasian
dengan pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat
(drug oriented) ke pasien (patient oriented) yang mengacu kepada asuhan
kefarmasian (Pharmaceutical Care). Fenomena saat ini, terdapat kecenderungan
konsumen atau pasien yang semakin kritis dalam mendapatkan informasi tentang
obat yang dikehendakinya dengan jelas dan lengkap. Oleh karena itu tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran suatu pelayanan kefarmasian
yang diberikan oleh apotek mandiri di wilayah Jakarta Barat. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan data dikumpulkan secara potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan angket. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling (metode acak sederhana) menggunakan angka random kemudian data diolah secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor yang didapat dari bidang pelayanan obat tanpa resep 38,2813%, pelayanan obat resep 42,9495% dan pelaksanaan komunikasi-informasi-edukasi 27,7282%. Dari segi pelayanan bahwa pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pharmaceutical care masih dinilai kurang baik. Sedangkan skor yang didapat dari bidang sumber daya manusia 66,4868% (cukup baik), bidang evaluasi mutu pelayanan 11,4159%. Jadi rerata skor untuk semua bidang yaitu bidang pengelolaan sumber
daya, bidang pelayanan obat tanpa resep, bidang pelayanan obat resep, bidang
pelaksanaan pelayanan komunikasi-informasi-edukasi dan bidang evaluasi mutu
pelayanan adalah 37,4045%. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan standar
pelayanan kefarmasian di apotek mandiri wilayah Jakarta Barat masih dinilai
kurang baik.
|