Berdasarkan data dari profil kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2011, demam tifoid menempati urutan ke 3 dari 10 pola penyakit terbanyak pasien rawat inap di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) 0.67%. Tifoid termasuk dalam 10 penyakit terbanyak rawat inap di RS Haji Jakarta dan total pengeluaran rumah sakit dalam penyelenggaraan JKN ternyata lebih besar dari total tarif INA-CBG’s. Permasalahan yang sering dirasakan dalam implementasi dari JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah adanya perbedaan antara biaya riil dengan tarif paket INA-CBG’s pada instalasi rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan biaya riil dengan tarif INA-CBG’s pada pasien penyakit demam tifoid rawat inap peserta BPJS di RS Haji Jakarta tahun 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah 160 pasien. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif menggunakan dokumen rekam medik dan data keuangan pengobatan pasien menurut perspektif rumah sakit. Hasil perbandingan biaya riil dengan INACBG’s di rumah sakit Haji Jakarta periode 2016 dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 62.495.700. Keuntungan terbesar diperoleh pada bulan Januari Rp. 22.919.400, selisih terbesar pada bulan Oktober Rp. -12.946.300. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lama rawat inap, biaya pengobatan dan perbandingan biaya rill dengan biaya INA-CBG’s.
|