Abstrak  Kembali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional dan Activity Based Costing System pada PT Sabena Cipta. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif kuantitatif dengan 2 (dua) jenis data yaitu data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System untuk tahun 2014 produk Polo T-Shirt sebesar Rp 7.139 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 7.468 dengan selisih Rp 329 undercost. Produk Jogging Pants Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System sebesar Rp 9.710 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 9.197 dengan selisih Rp 513 overcost. Untuk tahun 2015 produk Polo T-Shirt Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System sebesar Rp 7.541 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 7.829 dengan selisih Rp 287 undercost. Produk Jogging Pants Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System sebesar Rp 10.316 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 9.889 dengan selisih Rp 427 overcost. Untuk tahun 2016 produk Polo T-Shirt Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System sebesar Rp 6.240 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 6.363 dengan selisih Rp 124 undercost. Produk Jogging Pants Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System sebesar Rp 7.183 dan Sistem Tradisional sebesar Rp 7.003 dengan selisih Rp 180 overcost. Untuk perhitungan Harga Pokok Produksi selama 3 (tiga) tahun 2014, 2015, dan 2016 Activity Based Costing System memberikan Harga Pokok Produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan Sistem Tradisional viii untuk produk Polo T-Shirt, sedangkan untuk produk Jogging Pants menunjukkan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Tradisional lebih rendah dibandingkan dengan Activity Based Costing System selama 3 (tiga) tahun 2014, 2015, dan 2016. Total perbandingan tahun 2014 untuk kedua produk tersebut menggunakan Activity Based Costing System sebesar Rp 16.849 sedangkan menggunakan Sistem Tradisional sebesar Rp 16.665 selisih Harga Pokok Produksi per unit nya Rp 184 overcost menggunakan Activity Based Costing System daripada menggunakan Sistem Tradisional. Tahun 2015 untuk kedua produk tersebut menggunakan Activity Based Costing System sebesar Rp 17.857 sedangkan menggunakan Sistem Tradisional sebesar Rp 17.718 selisih Harga Pokok Produksi per unit nya Rp 140 overcost menggunakan Activity Based Costing System daripada menggunakan Sistem Tradisional. Tahun 2016 untuk kedua produk tersebut menggunakan Activity Based Costing System sebesar Rp 13.423 sedangkan menggunakan Sistem Tradisional sebesar Rp 13.367 selisih Harga Pokok Produksi per unit nya Rp 56 overcost menggunakan Activity Based Costing System daripada menggunakan Sistem Tradisional. Perbedaan yang terjadi karena pendekatan Activity Based Costing System menentukan Harga Pokok Produksi pada masing-masing tarif biaya overhead pabrik cost pool sudah sesuai karena pembagian biaya sudah jelas berdasarkan pemicu biaya dan sumber daya yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil di atas peneliti memberikan saran-saran kepada pihak manajemen PT Sabena Cipta untuk mempertimbangkan perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Activity Based Costing System agar tidak terjadi distrosi biaya karena pada Sistem Tradisional biaya overhead pada masing-masing produk hanya dibebankan pada 1 (satu) cost driver saja sedangkan pada Activity Based Costing System biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada beberapa cost driver berdasarkan konsumsi biaya dan aktivitas masing-masing produk.