Abstrak  Kembali
PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN BARANG JADI TERHADAP LABA KOTOR PADA PERUSAHAAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) Skripsi. Program Studi Akuntansi Strata Satu. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. 2015. Jakarta. Kata Kunci : Biaya Produksi, Perputaran Persediaan Barang Jadi, Laba Kotor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biaya produksi dan perputaran persediaan barang jadi terhadap laba kotor pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara parsial maupun simultan. Dalam penelitian ini digunakan metode eksplanasi. Variabel yang diteliti yaitu biaya produksi, perputaran persediaan barang jadi dan laba kotor. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 10 perusahaan. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah judgement sampling dan diperoleh 8 (delapan) perusahaan sebagai sampel. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara telaah dokumen yaitu menelusuri laporan keuangan perusahaan farmasi tahun 2010-2014 di website resmi BEI (www.idx.com). Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan analisis akuntansi dan analisis regresi linear berganda dengan bantuan program (Statistic Product and Service Solution) SPSS versi 20.0. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis akuntansi, diketahui bahwa biaya produksi, perputaran persediaan barang jadi dan laba kotor pada perusahaan farmasi secara keseluruhan besar kecilnya biaya produksi dan perputaran persediaan barang jadi ditentukan oleh kebijakan perusahaan, tetapi yang paling mendominasi kenaikan biaya produksi adalah biaya bahan baku, dimana biaya bahan baku berkaitan langsung dengan proses produksi suatu produk dan yang paling mendominasi kenaikan perputaran persediaan barang jadi adalah jumlah persediaan, apabila jumlah persediaan barang jadi yang terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, akan menyebabkan beban yang harus ditanggung perusahaan menjadi besar seperti beban bunga, biaya penyimpanan, pemeliharaan gudang, resiko kerusakan, menurunya kualitas barang dalam penyimpanan, biaya keamanan dan sebagainya. Sebaliknya persediaan yang terlalu kecil dapat menghambat operasional perusahaan berupa tidak tersedianya barang pada saat dibutuhkan sehingga menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk meraih laba. Penurunan laba kotor pada perusahaan farmasi disebabkan oleh banyaknya persediaan yang menumpuk di gudang, sehingga membuat harga pokok penjualan meningkat. Sedangkan peningkatan laba dikarenakan adanya usaha perusahaan dalam meningkatkan penjualannya yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan laba kotor. Hasil analisis regresi menunjukkan persamaan regresi linier berganda Ŷ = -121,513 + 2,004 X1 + 5,934 X2. Hasil uji asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa uji normalitas berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinieritas, tidak terjadi heteroskedatisitas dan tidak terjadi autokolerasi positif atau negatif, maka model regresi BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) telah terpenuhi. Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa secara parsial biaya produksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba kotor dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05, dan perputaran persediaan barang jadi berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor dengan tingkat signifikansi 0,556 > 0,05. Hasil uji F menunjukkan bahwa biaya produksi dan perputaran persediaan barang jadi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap laba kotor dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Berdasarkan analisis koefisien determinasi menunjukkan nilai adjusted R Square sebesar 0,852, hal ini berarti bahwa 85,2% variasi variabel dependen yaitu laba kotor dapat dijelaskan oleh variabel biaya produksi dan perputaran persediaan barang jadi, sedangkan sisanya (100% - 85,2 % = 14,8%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini, seperti volume penjualan. Berdasarkan analisis koefisien korelasi, menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi parsial antara biaya produksi (X1) dan laba kotor (Y) sebesar 0,989 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat kuat dan signifikan, sedangkan nilai koefisien korelasi parsial antara perputaran persediaan barang jadi (X2) dan laba kotor (Y) sebesar 0,407 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,556 > 0,05 hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sedang dan tidak signifikan. Dari hasil penelitian ini disarankan perusahaan hendaknya terus berupaya untuk meminimalisir biaya produksi seefisien mungkin untuk meningkatkan laba kotor perusahaan karena laba merupakan hal pokok bagi perusahaan untuk tetap dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin menjamur.