Abstrak  Kembali
ANALISIS NILAI TUKAR, SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI), DAN INFLASI TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Skripsi. Program Strata Satu Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA. 2015. Jakarta. Kata Kunci: Nilai Tukar, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara nilai tukar, SBI, dan inflasi di Bursa Efek Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari nilai tukar, SBI, dan inflasi sedangkan variabel dependen adalah Indeks Harga Saham Gabungan. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan data nilai tukar, SBI, inflasi, dan Indeks Harga Saham Gabungan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sampel yang diambil berjumlah 10 (sepuluh) tahun data dari nilai tukar, SBI, inflasi dan Indeks Harga Saham Gabungan dengan periode penelitian antara tahun 2005 sampai dengan tahun 2014. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah telaah dokumen, data yang ditelaah dan diambil berupa laporan yang diperoleh dari www.bi.co.id dan www.finance.yahoo.com. Metode analisis yang digunakan adalah regreasi linier berganda, uji asumsi klasik dengan menggunakan uji normalitas, uji multikolienaritas dan uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi, analisis regresi berganda dengan pengujian hipotesis uji parsial (uji t) uji simultan (uji F), analisis koefisien korelasi dan analisis koefisien determinasi. Hasil analisis regresi berganda menunjukan persamaan Ŷ = -734,370 + 553,379 X1 – 16,648 X2 – 199,379 X3, dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa nilai tukar sebesar 553,379 artinya setiap penambahan nilai tukar sebesar Rp 1 / Dollar AS dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menaikkan IHSG sebesar 553,379 pada konstanta -734,370. SBI sebesar -16,648 (X2) artinya setiap penambahan SBI sebesar 1 / tahun, dengan asumsi variabel lainnya konstan, maka akan menurunkan IHSG sebesar 16,648 pada konstanta -734,370. Inflasi sebesar –199,379 (X3) artinya setiap penambahan inflasi sebesar 1 / tahun, dengan asumsi variabel lainnya dianggap konstan, maka akan menurunkan IHSG sebesar 199,379 pada konstanta -734,370. Uji asumsi klasik menunjukkan bahwa penelitian ini berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas, tidak terdapat masalah heteroskedastisitas, dan tidak terdapat autokorelasi sehingga model BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator). Uji t memperoleh hasil thitung sebesar 1,424 dengan taraf signifikansi 0,204 > 0,05 untuk nilai tukar, thitung sebesar -1,130 dengan taraf signifikansi 0,302 > 0,05 untuk SBI, thitung sebesar -1,520 dengan taraf signifikansi 0,179 > 0,05 untuk inflasi, sedangkan uji F memperoleh hasil Fhitung sebesar 2,909 dengan taraf signifikansi 0,123. Koefisien korelasi memperoleh hasil 0,770 yang berarti terdapat hubungan yang kuat antara nilai tukar, SBI, dan inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, sedangkan koefisien determinasi memperoleh hasil sebesar 0,389 atau setara dengan 38,9%. Ini artinya hasil analisis koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen nilai tukar, SBI dan inflasi terhadap variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan adalah sebesar 38,9%. Sedangkan sisanya sebesar 61,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan atau tidak dibahas dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara parsial nilai tukar berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap IHSG, SBI berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap IHSG, dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap IHSG. Sedangkan secara simultan inflasi, SBI, dan inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG di BEI periode 2005-2014.