Abstrak  Kembali
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyusunan anggaran pembelian bahan baku dan pengendalian biaya produksi yang dilakukan pada PT Triwindu Suryo Laksono. Variabel yang diteliti adalah “anggaran pembelian bahan baku” sebagai variabel bebas (independent) dan variabel terikatnya (dependent) adalah “pengendalian biaya produksi” pada PT Triwindu Suryo Laksono pada tahun 2010. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan telaah dokumen. Anggaran, khususnya anggaran pembelian bahan baku merupakan alat bantu manajemen yang digunakan untuk perencanaan maupun pengendalian. Anggaran pembelian yang berisi jumlah unit pembelian dikalikan dengan harga perunit diharapkan memberikan gambaran target pembelian di masa yang akan datang. Dengan adanya anggaran pembelian yang akurat diharapkan efektifitas pembelian dapat tercapai dengan biaya yang terkendali akan menjadi faktor penentu dalam pengendalian biaya produksi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu metode penelitian ilmiah yang membahas dan menganalisis masalah yang ada dalam penelitian ini yakni masalah yang berhubungan dengan anggaran pembelian bahan baku. Pengendalian biaya produksi pada PT Triwindu Suryo Laksono adalah dengan cara membandingkan anggaran pembelian dan biaya produksi dengan realisasinya. Perbandingan ini kemudian akan menghasilkan selisih dan akan diketahui penyebab terjadinya penyimpangan. Adapun hasil penelitian yang terjadi di PT Triwindu Suryo Laksono adalah selisih biaya bahan baku dengan selisih yang menguntungkan sebesar Rp 51.006.000 yang terbagi menjadi selisih harga menguntungkan sebesar Rp 214.620.000 dan selisih kuantitas tidak menguntungkan sebesar Rp 163.614.000. Selisih biaya tenaga kerja yang terjadi menguntungkan sebesar Rp 1.364.250 yang terbagi atas selisih efisiensi upah menguntungkan sebesar Rp 13.078.950 dan selisih tarif upah tidak menguntungkan sebesar Rp 11.714.700 serta selisih yang terjadi pada biaya overhead pabrik adalah menguntungkan sebesar Rp 654.710 yang terbagi atas selisih pengeluaran menguntungkan sebesar Rp 3.162.797, selisih kapasitas tidak menguntungkan sebesar Rp 5.446.015, dan selisih efisiensi menguntungkan sebesar Rp 2.937.928. Selisih biaya produksi tersebut kemudian dibebankan ke harga pokok penjualan sehingga berpengaruh pada laba kotor yang mengalami penurunan sebesar Rp 53.024.960 yang semula laba kotor Rp 1.606.873.114 menjadi Rp 1.553.848.154. Selisih-selisih yang terjadi pada biaya produksi baik yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan akan segera diambil tindakan perbaikan oleh perusahaan.