Abstrak
Perceraian seringkali muncul sebagai hasil dari ketidakpuasan dalam pernikahan yang dapat disebabkan oleh berbagai ciri dan masalah. Konflik yang bermula dari masalah kecil yang tidak diselesaikan di dalam keluarga dapat menimbulkan tekanan tambahan dan memicu konflik serius. Banyak pasangan kurang memiliki keterampilan dalam mengelola hubungan keluarga, membuat penyelesaian permasalahan menjadi sulit. Stres pengasuhan juga dapat menjadi faktor penambah tekanan, terutama orang tua megalami kesulitan dalam mengelola hubungan dengan anak-anak. Stres ini menyebabkan perilaku kekerasan terhadap anak-anak, berpotensi menyebabkan cedera fisik dan gangguan psikis pada mereka. Oleh karena itu dukungan khusus dan perhatian diperlukan untuk membantu orang tua mengelola stres dan mengembangkan pola asuh yang lebih positif. Pentingnya orang tua mampu memberikan pengasuhan yang positif dan mengelola stres dapat memiliki dampak positif terhadap keberlangsungan pernikahan pasangan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan dan kepuasan pernikahan pada pasangan di Jabodetabek. Kemudian memeriksa apakah ada perbedaan stres pengasuhan dan kepuasan pernikahan pada pasangan berdasarkan jenis kelamin. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel 250 pasangan di Jabodetabek. Alat ukur yang digunakan yaitu skala PSS (Parenting Stress Scale) untuk mengukur stres pengasuhan serta menghasilkan nilai Cronbach?s Alpha 0,714. Sedangkan skala ENRICH Marital Satisfaction (EMS) untuk mengukur kepuasan pernikahan dan menghasilkan Cronbach?s Alpha 0,804. Metode analisis yang digunakan adalah korelasi dengan menggunakan analisis SPSS versi 23. Hasil uji hipotesis menghasilkan koefisiensi korelasi person sebesar -0.443 dengan probability value 0.000. Berdasarkan nilai Probability value (p<0.01) menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif signifikan stres pengasuhan dan kepuasan pernikahan. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dalam penelitian ini, sehingga semakin tinggi stres pengasuhan maka akan semakin rendah kepuasan pernikahan pada pasangan. Serta didapatkan tidak ada perbedaan stres pengasuhan maupun kepuasan pernikahan pada pasangan berdasarkan jenis kelamin.