Tuna daksa didefinisikan sebagai kondisi yang anggota tubuhnya tidak lengkap atau memiliki kelainan, hal ini disebabkan oleh gangguan neuro-muscular dan struktur tulang bawaan, sakit, ataupun mengalami kecelakaan. Perbedaan fisik yang dimiliki oleh penyandang tuna daksa seringkali menjadi pusat perhatian dikarenakan keterbatasan fisik yang dimilikinya. Hal ini menyebabkan penerimaan diri individu kurang baik yaitu dengan ditandai dengan kurangnya menghargai diri, mudah putus asa, dan kerap kali menyalahkan diri sendiri dan ini membutuhkan dukungan sosial yang diberikan oleh sekitarnya Tujuan dari penelitian ini ingin melihat apakah dukungan sosial berpengaruh terhadap penerimaan diri pada penyandang disabilitas tuna daksa. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, metode pengambilan data menggunakan purposive sampling, dan analisis data menggunakan Simple Linear Regression yang kemudian diolah menggunakan bantuan SPSS 25. Sampel dalam penelitian ini ialah tuna daksa dengan jumlah sebanyak 101 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini ialah Social Provision Scale oleh Cutrona & Russel (1987) sebanyak 24 aitem dan Unconditional Self-Acceptance Questionnaire oleh Chamberlain & Haaga (2001) sebanyak 20 aitem. Hasil uji statistik regresi menemukan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap penerimaan diri didapatkan hasil nilai R Square sebesar 0,595 dan signifikan (p<0,01). Artinya, dukungan sosial memberikan pengaruh sebesar 59,5% terhadap penerimaan diri. Selain itu, didapatkan nilai koefisien β 0,571 dan probability values 0,000 (p<0.01) hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh dukungan sosial terhadap penerimaan diri pada tuna daksa, yang artinya semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi pula penerimaan diri pada penyandang disabilitas tuna daksa.