Abstrak
Fenomena self-harm menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan emosi dan perasaan
negatif. Self-harm merupakan segala bentuk tindakan yang bertujuan untuk melukai atau
menyakiti diri agar pelakunya merasakan lega secara emosional. Menurut data survey
YouGov Omnibus pravalensi tertinggi perilaku self-harm terjadi pada usia 18-24 tahun
yang tegolong usia muda. Self-harm dianggap sebagai salah satu bentuk coping yang tidak
baik karena bukan penyelesaian dari sebuah masalah. Coping diartikan sebagai upaya yang
dilakukan individu untuk menghindari tekanan. Untuk memperoleh proses coping yang
baik butuh adanya dukungan sosial dari lingkungan terdekat. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui dan menguji adakah pengaruh dukungan sosial terhadap coping strategy pada
pelaku self-harm. Adanya dukungan sosial diduga mampu memengaruhi proses coping
seseorang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling. Responden dalam penelitian ini adalah
individu yang pernah melakukan self-harm setidaknya satu kali dengan rentang usia 17
sampai 28 tahun sebanyak 76 responden dengan penyebaran kuesioner melalui online. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimensional Scale of Preceived
Social Support (MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, dkk. (1988) yang berjumlah 12
item untuk mengukur dukungan sosial yang diterima dan skala Brief-COPE yang
dikembangkan oleh Carver (1997) yang berjumlah 28 item untuk mengukur jenis strategi
coping yang digunakan seseorang. Hasil analisis data menunjukan nilai koefisien R sebesar
.850 dan R Square sebesar .723 dengan nilai sig .000 yang berarti variabel dukungan sosial
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel coping strategy sebesar 72,3% dan
sebesar 27,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Artinya penelitian ini menerima HA dan
menolak H0. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Xu, Wang,
Zhang, Xu, & Wan (2019) mengatakan bahwa adanya korelasi negatif antara dukungan
sosial dan frekuensi NSSI (non-suicidal self-injury), yang berarti dua variabel tersebut
saling berlawanan di mana semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah frekuensi
NSSI.