Abstrak
Burnout syndrome pada mahasiswa diartikan sebagai kondisi stress kronis
akibat perkuliahan yang dapat dirasakan secara fisik maupun emosional serta
ditandai dengan rasa lelah, kesal dengan perkuliahan dan merasakan
ketidakpuasan. Burnout syndrome berdampak pada proses perkuliahan yang
tidak maksimal, prokrastinasi (menunda pekerjaan), mencontek, dan gejala
depresi. Berdasarkan studi pendahuluan, prevalensi burnout syndrome dalam
proses pembelajaran daring pada mahasiswa tingkat akhir fikes uhamka tahun
2020 adalah sebesar 61,3%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan
kejadian burnout syndrome dalam proses pembelajaran daring pada mahasiswa
tingkat akhir Fikes Uhamka tahun 2021. Penelitian ini menguji hubungan
variabel independen, yaitu kelas mahasiswa, jenis kelamin, konsep diri, beban
kerja, dan dukungan sosial terhadap variabel dependen, yaitu kejadian burnout
syndrome. Desain studi pada penelitian ini adalah cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir Fikes Uhamka (angkatan
2017) dengan sampel sebanyak 211 yang diambil dengan teknik sampel yaitu
Purposive Sampling. Data yang digunakan adalah adalah data primer dengan
pengumpulan data menggunakan Google Form. Analisis data menggunakan uji
Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara beban
kerja (<0,001 dan PR = 2,065 ; 95% CI 1,484-2,874) dan dukungan sosial
(0,022 dan PR = 0,706 ; 95% CI 0,528-0,944) dengan kejadian burnout
syndrome. Dan menunjukkan tidak adanya hubungan antara kelas mahasiswa
(1,000), jenis kelamin (0,500) serta konsep diri (0,350) dengan kejadian
burnout syndrome. Maka dari itu pertimbangan pemberian beban kerja berlebih dan memberikan dukungan sosial yang cukup dapat mengurangi risiko terjadinya burnout syndrome.