Abstrak
Quarter-life crisis adalah sebuah fase yang dialami oleh individu berumur dua
puluh tahunan (twentysomething) yang tengah mengalami krisis emosi yang tidak
stabil, dikarenakan individu tersebut khawatir dan mempertanyakan hidupnya akan
masa depan. Disaat individu mengalami krisis, hal ini dapat memunculkan perasaan
negatif, self-compassion hadir sebagai salah satu cara mengatasi perasaan-perasaan
negatif tersebut, self-compassion sendiri merupakan suatu kemampuan individu
untuk tetap mengasihi/menyayangi diri sendiri dan memberikan pemahaman
dengan lembut walau individu tengah berada di dalam keadaan sulit. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan quarter-life crisis dengan
self-compassion pada dewasa awal. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pengumpulan data yang dilakukan dengan membagikan kuesioner
kepada 230 dewasa muda yang terdiri dari 51 laki-laki dan 179 perempuan dengan
rentang umur 20-29 tahun yang bertempat tinggal di Jakarta. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah Quarter-life Crisis Scale yang dirancang oleh
Agustin (2012) untuk mengetahui apakah seseorang dalam keadaan quarter-life
crisis yang terdiri dari 25 butir pertanyaan dan Self-compassion Scale dari Neff
(2003) untuk mengukur self-compassion seseorang yang terdiri dari 25 butir
pertanyaan. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
proses correlation dengan Statistical Packages For Social Science (SPSS) versi 22
for Windows. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa quarter-life crisis ada
hubungan signifikan negatif dengan self-compassion. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil koefisien korelasi (R) sebesar -0,655 dengan taraf signifikan 0.001 yang mana
dari ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat self-compassion seseorang
maka semakin rendah tingkat quarter-life crisis yang dialami oleh para dewasa awal
dan sebaliknya.