Abstrak
ISPA menjadi salah satu penyebab utama penyakit akut, kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia. Data Puskesmas Kelurahan Ragunan Tahun 2017 menunjukkan penyakit ISPA non pneumonia menempati urutan pertama dalam 10 penyakit terbanyak. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui determinan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) non pneumonia pada balita di Puskesmas Kelurahan Ragunan Jakarta Selatan Tahun 2018.
Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kasus kontrol dengan proporsi 1:2. Variabel yang diteliti diantaranya karakteristik balita (umur balita, jenis kelamin balita, dan pemberian ASI eksklusif), karakteristik keluarga (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan rumah tangga), faktor pencemaran udara dalam ruang (keberadaan anggota keluarga yang merokok) dan kualitas fisik rumah (kondisi atap, kondisi dinding, kondisi lantai, kepadatan hunian kamar dan luas ventilasi). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik quota sampling. Subjek kasus adalah balita yang terdiagnosis menderita ISPA non pneumonia sebanyak 30 balita, sedangkan subjek kontrol adalah balita yang tidak terdiagnosis menderita ISPA non pneumonia atau pneumonia sebanyak 60 balita. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.
Analisis univariat menunjukkan proporsi balita terdiagnosis infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) sebagian besar berusia 12-35 bulan (66,7%), berjenis kelamin laki-laki (56,7%), tidak diberikan ASI eksklusif (56,7%), memiliki ibu yang berumur aman saat kehamilan dan persalinan (80%), ibu berpendidikan tinggi (70%), ibu bekerja (56,7%), berpendapatan rumah tangga tinggi (53,3%), memiliki anggota keluarga merokok (93,3%), memiliki rumah dengan kondisi atap tidak memenuhi syarat (56,7%), kondisi dinding memenuhi syarat (53,3%), kondisi lantai tidak memenuhi syarat (50,0%), kepadatan hunian kamar tidak memenuhi syarat (90,0%), dan luas ventilasi tidak memenuhi syarat (43,3%). Hasil uji bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA non pneumonia yaitu pendidikan ibu (Pvalue = 0,012), keberadaan anggota keluarga yang merokok (Pvalue = 0,000), kondisi atap (Pvalue = 0,001), kondisi dinding (Pvalue = 0,044), kondisi lantai (Pvalue = 0,004), dan luas ventilasi (Pvalue = 0,002).
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar Puskesmas Kelurahan Ragunan bekerja sama dengan lintas sektoral terkait upaya program penanggulangan ISPA non pneumonia berupa penyuluhan yang lebih mendalam lagi tentang faktor risiko terjadinya ISPA non pneumonia.